Blog

Pengertian Sosiologi Sejarah Teori Ciri ObjekFungsinya

Pengertian Sosiologi – Sebagai makhluk sosial, kegiatan kita keseharian dapat dipelajari melewati suatu ilmu sosial atau yang lebih dikenal dengan sosiologi. Secara lebih lanjut, menurut keterangan dari Max Weber, sosiologi mengupayakan untuk mengetahui tindakan sosial hingga pada keterangan kausal mengenai bagaimana itu semua berjalan dan dampak dari perbuatan tersebut.

Sebagai sebuah disiplin ilmu, sosiologi sudah lahir pada selama abad 19, yakni pada tahun 1837. Istilah Sosiologi tersebut sendiri kesatu kali dipakai oleh seorang ilmuwan sosial Perancis yang mempunyai nama Auguste Comte. Istilah itu terdiri dari kombinasi dua kata bahasa latin, yakni socius yang memiliki makna masyarakat dan logos yang berarti ilmu.

Sehingga secara harfiah sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari mengenai masyarakat. Meskipun Comte sebagai ilmuwan sosial kesatu yang memakai istilah sosiologi, bakal tetapi eksistensi teori sosiologi sebetulnya ada dalam filsafat dari sejumlah filsuf laksana Emile Durkeim, Karl Marx, dan Max Weber.

Sosiologi adalah salah satu disiplin ilmu dalam kelompok ilmu sosial. Kata Sosiologi berasal dari Bahasa Latin yakni socius yang dengan kata lain teman, dan Bahasa Yunani logos yang dengan kata lain kata, cerita, berbahasa.

Secara sederhana, sosiologi ini ditafsirkan sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat. Penggunaan istilah sosiologi ini kesatu kali dilahirkan oleh Auguste Comte dalam bukunya Cours De Philosophie Positive. Sosiologi lantas didefinisikan dengan lebih mendalam oleh semua ahli.

Berikut merupakan definisi sosiologi menurut beberapa para ahli:

1. Auguste Comte
Sebagai pencetus konsep sosiologi, Comte mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu positif. Artinya sosiologi bekerja mempelajari gejala-gejala sosial dalam masyarakat berlandaskan pada logika rasional dan ilmiah.

2. Émile Durkheim
Sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji kenyataan dan institusi sosial dalam sekian banyak tatanan masyarakat. Dari kumpulan kenyataan bersangkutan cara beranggapan dan beraksi tersebut, Durkheim mempercayai adanya kekuatan guna mengendalikan individu.

3. Karl Marx
Marx tidak secara gamblang mendefinisikan sosiologi, namun dalam The Communist Manifesto dirinya mempercayai bahwa masyarakat (proletar) perlu dilepaskan dari sistem kapitalis. Sosiologi diandalkan dapat melawan penindasan dan mencetuskan masyarakat tanpa kelas.

4. Max Weber
Berdasarkan keterangan dari Weber, sosiologi berlaku sebagai studi yang meninjau perbuatan sosial guna menyatakan hubungan sebab-akibat dari gejala sosial tertentu.

5. Herbert Spencer
Dalam sudut pandang Spencer, sosiologi adalah ilmu yang meneliti susunan dan proses sosial sebagai suatu sistem.

Baca juga: Paradigma : Pengertian, Teori, Pergeseran, Macam dan Contohnya

Sejarah Perkembangan Sosiologi
Sosiologi didirikan oleh orang-orang Yunani kuno. Awalnya adalah bagian dari filsafat sosial. Karena pada waktu tersebut pembahasan mengenai masyarakat melulu berkisar pada hal-hal yang unik perhatian umum saja, laksana perang, konflik sosial.

Dalam perkembangannya ulasan masyarakat bertambah lebih mendalam, laksana tentang rangkaian kehidupan yang diharapkan, norma-norma yang mesti ditaati oleh semua anggota masyarakat. Dalam kitab Sosiologi: Menyelami Sosial di Masyarakat (2007), pada abad ke-19 seorang filsuf asal Prancis mempunyai nama Auguste Comte menyampaikan kekhawatirannya atas suasana masyarakat Prancis sesudah pecahnya Revolusi Prancis.

Dampak revolusi itu selain memunculkan perubahan positif dengan timbulnya iklim demokrasi pun mendatangkan evolusi negatif. Perubahan negatif berupa konflik antarkelas yang mengarah pada anarkisme di dalam masyarakat.

Konflik itu dilatarbelakangi oleh kebodohan masyarakat dalam menanggulangi perubahan atau hukum-hukum laksana dalam menata stabilitas masyarakat. Dengan situasi seperti itu, Auguste Comte menyarankan supaya penelitian mengenai masyarakat dinaikkan menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri.

Dari sinilah bermunculan sosiologi sebagai ilmu yang sangat muda dalam ilmu-ilmu sosial. Istilah sosiologi dipopulerkan Auguste Comte dalam bukunya berjudul Cours de Philosophe Positive (1830).

Dalam kitab tersebut diterangkan bahwa obyek sosiologi ialah manusia atau masyarakat secara keseluruhan. Sosiologi lantas menjadi ilmu yang berkembang di Eropa, terutama di Jerman dan Perancis.

Teori Dasar Sosiologi
1. Teori Fungsionalisme Struktural
Muncul dari sosok Émile Durkheim yang mengimajinasikan masyarakat sebagai sebuah organisme yang tersusun dari sekian banyak komponen dan saling memprovokasi untuk bisa terus berfungsi.

Teori fungsionalisme mengajarkan bahwa masyarakat terdiri dari sistem yang tersusun secara struktural dengan perannya masing-masing. Sehingga hasil dari berjalannya sistem secara borongan dapat membuat tatanan dan stabilitas sosial.

Durkheim yang membubuhkan perhatian pada tatanan sosial membawa perspektif fungsionalisme ini pada struktur sosial level makro sebagai fokusnya dengan institusi sosial sebagai komponen dari sistem sosial tersebut.

Dalam kacamata teori ini, lembaga sosial bakal bertahan ketika kegunaannya dijalankan dengan baik. Ketika terjadi malfungsi, maka perlahan lembaga sosial ini bakal perlahan menghilang. Antar institusi sosial ini juga harus terjalin kerja sama yang baik, jika tidak sistem sosial bakal kacau. Institusi sosial yang dimaksud di sini merupakan keluarga, pendidikan, pemerintah, ekonomi, agama, media, dan lain-lain.

2. Teori Konflik
Teori yang digagas Marx ini berpendapat pada perbedaan kepentingan antarkelas bisa menghasilkan relasi sosial yang mempunyai sifat konfliktual. Pendistribusian kekayaan yang tidak merata membuat jurang kesenjangan sosial, di mana semakin parah kesenjangan yang terdapat membesar pula potensi munculnya konflik sosial.

Kelas sosial ini terbagi dalam dua kelompok, yaitu borjuis dan proletar. Borjuis sebagai empunya modal beberapa besar sehingga memegang kontrol atas sumber daya yang ada. Sedangkan kumpulan proletar ialah mereka ruang belajar pekerja yang tidak mempunyai kontrol.

Dari masing-masing ruang belajar yang terdapat jelas destinasi dan kepentingan dua-duanya saling bertolak belakang, lantaran kemauan kaum borjuis untuk menjaga atau menambah dominasi sama besarnya dengan kemauan proletar dalam menyalurkan kekayaan secara merata.

Ketika kedua kumpulan ini terus merasakan pergesekan lama-kelamaan bakal pecah dan merangsang revolusi. Terlebih dengan adanya kesadaran ruang belajar ketika kaum proletar sadar sesungguhnya mereka sudah dieksploitasi.

3. Teori Interaksionisme Simbolik
Lahir dari perpaduan pemikiran antara Herbert Blumer, George Herbert Mead dan Max Weber, teori ini menganalisa masyarakat berdasar arti subjektif yang dibuat oleh pribadi dalam proses interaksi sosial.

Interaksionisme simbolik menduga landasan individu beraksi cenderung pada urusan yang dipercayai bukan yang secara objektif benar. Keyakinan terhadap sebuah hal berikut yang disebut sebagai produk konstruksi sosial yang sudah direpresentasikan.

Hasil interpretasi itu merupakan pengertian situasi. Dengan basis analisisnya ialah aspek pribadi maka teori ini termasuk dalam teori mikro sosiologi. Konsep dari teori interaksionisme simbolik ini pun mempunyai tendensi dengan hal identitas seseorang.

Baca juga: Populasi : Pengertian, Ciri, Jenis, Faktor dan Istilahnya

Ciri-ciri Sosiologi
Sosiologi sebagai sebuah disiplin ilmu pastilah mempunyai ciri-ciri atau ciri khas yang ilmiah. Berikut ialah empat ciri-ciri sosiologi sebagai ilmu:

* Sosiologi mempunyai sifat empiris, dengan kata lain sosiologi sebagai ilmu dilandasi pada observasi fakta dan tidak mempunyai sifat spekulatif atau mengira-ngira sebuah kebenaran. Jadi kebenaran yang diuji mestilah berdasar riset ilmiah.
* Sosiologi mempunyai sifat teortitis, dengan kata lain ilmu pengetahuan di bina menjadi suatu teori (abstraksi) yang dibentuk secara logis guna tujuan menggali sebab dampak dari suatu gejala sosial.
* Sosiologi mempunyai sifat kumulatif, dengan kata lain disusun menurut teori-teori yang telah ada sebelumnya. Sebagai ilmu pengetahuan yang dinamis, sosiologi berkembang dari teori yang telah ada, yang lantas dikritisi, diperbaiki, supaya teori-teori itu dapat lebih relevan mengekor perkembangan jaman.
* Sosiologi mempunyai sifat nonetis, dengan kata lain sosiologi mempersoalkan kenyataan yang terjadi di masyarakat, bukan mengenai baik dan buruknya fakta.

Objek Kajian Sosiologi
Objek kajian sosiologi ialah manusia. Ilmu pengetahuan yang objek kajiannya ialah manusia tidak saja sosiologi semata, tetapi letak perbedaan sosiologi dengan ilmu beda yang mempelajari insan juga ialah sosiologi mempelajari aspek sosial dari manusia, atau lebih tidak jarang disebut dengan masyarakat.

Pokok kajian dari semua sosiolog antara lain:

* Emile Durkheim: Sosiolog yang mengkaji mengenai kenyataan sosial yang terdapat di masyarakat. Fakta sosial ialah struktur yang mempunyai sifat eksternal dan memaksa untuk individu. Contoh kenyataan sosial ialah kemiskinan, pengangguran.
* Karl Marx: Sosiolog yang mengkaji tentang konflik sosial, khususnya di masa industri di mana tidak sedikit konflik antara kaum borjuis atau empunya modal dengan proletar atau buruh.
* Max Weber: Sosiolog yang mengkaji tentang rasionalitas dan perbuatan sosial.
* Wright Mill: Sosiolog yang mengejar konsep imajinasi sosiologi.
* Peter Berger: Sosiolog yang mengkaji realitas sosial.

Baca juga: Perusahaan : Pengertian, Unsur, Jenis, Tujuan dan Bentuknya

Fungsi Sosiologi
Sosiologi sebagai sebuah ilmu memiliki fungsi sebagai berikut:

* Sebagai riset sosial. Kelebihan sosiologi sebagai ilmu sosial ialah kemampuan penelitian yang memadai. Dalam sosiologi, riset atau riset ialah hal yang butuh dikuasi baik dalam cara kuantitaif ataupun kualitatif. Riset ini bertujuan menyaksikan gejala-gejala dan fakta-fakta yang terdapat di masyarakat secara pengalaman dan objektif, sampai-sampai data dari lapangan ini kemudian dipakai untuk pemungutan suatu tahapan untuk menanggulangi permasalahan.
* Membantu mengkaji sebuah perencanaan sosial. Sosiologi dapat dipakai untuk pemetaan sosial masyarakat yang dipakai sebagai dasar sebuah lembaga atau instansi dalam membuat kepandaian atau perencanaan sosial. Tujuan pemetaan ini ialah agar perencanaan atau kebijkan yang dibuat dapat efektif dan efisien dalam memecahkan masalah sosial yang terdapat dan dominan luas untuk banyak orang.
* Fungsi dalam pembangunan sosial, yakni untuk menambah kualitas masyarakat dari segi sosial dan budaya, tergolong di dalamnya aspek struktur sosial (institusi, aturan,), kebiasaan (nilai, norma, ideologi), dan proses sosial (interaksi, dan negosiasi).

Demikianlah penjelasan tentang Sosiologi dari RuangPengetahuan.Co.Id semoga bermanfaat dan menambah wawasan kalian, sampai jumpa..