Blog

KELUARGA KRISTEN PENGERTIAN PENTINGNYA KEBUTUHAN DAN GEREJA LOKAL

Pdt. Samuel T. Gunawan.,M.Th.

“Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hamba-Mu ini,supaya tetap ada di hadapan-Mu untuk selama-lamanya. Sebab apa yang Engkau berkati,a TUHAN, diberkati untuk selama-lamanya.1 Tawarikh 17:27

“Berjumpa dengan Allah dalam Keluarga” (Bdk. Lukas 2:16)“Indahnya kebersamaan kehidupan keluargadan gereja lokal didalam Kristus”(Bdk. 1 Tawarikh 17:27; Mazmur 133:1-3; Efesus 2:19-20).

Keluarga merupakan lembaga yang fenomenal dan universal. Di dalamnya terdapat anak-anak yang dipersiapkan untuk bertumbuh. Keluarga adalah lembaga masyarakat paling kecil tetapi paling penting. Tetapi, kata keluarga terlalu banyak dipakai oleh berbagai orang dari berbagai kelompok sehingga menjadi hilang makna yang sesungguhnya.

Sebuah film yang berjudul “The Godfather”, Vito Corleone menggambarkan kelompok pembunuh berdarah dingin yang ia pimpin sebagai keluarga. Begitu juga dengan kelompok-kelompok yang lain, entah bertujuan baik atau buruk, menamakan para pengikut mereka sebagai keluarga. Bahkan dibanyak gereja kita sering mendengar atau menyanyikan nyanyian tentang persekutuan umat Allah sebagai “keluarga Allah”. Lalu, apakah dimaksud Alkitab dengan keluarga itu?

Keluarga manusia dibentuk oleh Tuhan dengan mengikut citra Allah! Karena itu, keluarga diarahkan, diatur, dan dikembangkan menurut citra Allah tersebut (Kejadian 2:7,18). Tuhan Yesus Kristus sendiri bertumbuh di dalam keluarga. Ia menjadi anak yang patuh kepada orang tuaNya. Bahkan, Ia masih sempat memperhatikan ibuNya ketika Ia disalibkan (Yohanes 19:25-27).

Menurut penulis-penulis Yahudi yang hidup se zaman dengan Yesus, orang tua Yahudi mendidik anak-anak mereka dalam hukum Taurat, Seorang penulis yang tidak dikenal pada abad pertama menuliskan“Ajarkanlah huruf-huruf kepada anak-anakmu juga, supaya mereka memiliki pemahaman sepanjang hidup mereka pada saat mereka membaca Taurat Allah tanpa henti” (Perjanjian Imamat 13:12).

Flavious Josephus, seorang ahli sejarah Yahudi abad pertama mengatakan“diatas semuanya kami membanggakan diri kami sendiri dalam bidang pendidikan kepada anak-anak kami dan memandang pengamalan hukum Taurat dan paktik kesalehan yang dibangun darinya, yang kami warisi, sebagai tugas penting dalam kehidupan”(Against Apion1:60). Selanjutnya Yosephus juga mengatakan“(Hukum Taurat) memerintahkan agar (anak-anak) diajar membaca supaya dapat belajar hukum Taurat maupun perbuatan nenek moyang mereka”(Against Apion2:204).

Dari catatan sejarah diatas, kita dapat melihat tingginya nilai yang diletakkan orang Yahudi terhadap Kitab Suci, khususnya hukum Taurat yang diajarkan oleh Musa. Hukum Taurat inilah yang diajarkan oleh orang-orang tua Yahudi kepada anak-anak mereka baik dengan cara lisan maupun tulisan.

Kita juga dapat yakin, itulah yang dialami oleh Yesus dalam kemanusiaan; Yesus yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga dan tradisi Yahudi. Karena dikalangan keluarga-keluarga Yahudi begitu mementing nilai pendidikan, maka Yesus pastilah pun terdidik dalam keluarga yang demikian. Jadi, Tuhan memandang pentingnya keluarga, sehingga selalu ditekankan berulang-ulang dalam Akitab. Dalam Perjanjian Lama dan Baru, kita dapat temukan banyak petunjuk untuk kehidupan berkeluarga.

Istilah yang digunakan dalam Perjanjian Baru untuk keluarga adalah kata Yunani “patria”, yang berarti “keluarga dari sudut pandang relasi historis, seperti garis keturunan”. Dalam penggunaannya, kata “patria” ini lebih menekankan asal-usul keluarga dan lebih menunjukkan kepada bapak leluhur suatu keluarga. Kata “patria” disebutkan hanya 3 kali dalam Perjanjian Baru.

Kata ini digunakan dalam Lukas 2:4, dimana disebutkan bahwa Yusuf berasal dari keluarga dan keturunan (patria) Daud, yaitu garis keturunannya secara biologis. Kisah Para Rasul 3:25 juga menggunakan istilah ini untuk menerjemahkan janji Allah kepada Abraham. Dijanjikan bahwa semua bangsa (patria) di muka bumi akan diberkati. Paulus di dalam Efesus mengatakan, “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang dari pada-Nya semua turunan (patria) yang di dalam sorga dan di atas bumi menerima namanya”(Efesus 3:14-15).

Kata Yunani lainnya untuk keluarga adalah “oikos” (bentuk tunggal; bentuk jamanya “oikia”). Kata ini lebih umum daripada kata “patria”. Kata ini dimengerti sebagai keluarga dalam arti rumah tangga. Dalam arti ini, kata “oikos” searti dengan kata Ibrani “bayit” dalam Perjanjian Lama. Dalam dunia Yunani-Romawi, “oikos” dipahami sebagai sebuah unit sosial yang lebih luas. Unit sosial itu tidak hanya mencakup sanak keluarga sedarah, tetapi juga orang lain yang tidak sedarah seperti para budak, pekerja, dan orang-orang yang bersandar pada seorang kepala rumah tangga.

Keluarga adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak. Inilah yang disebut dengan keluarga kecil atau keluarga inti. Keluarga pertama di dunia ini dibentuk oleh Allah sendiri yakni keluarga Adam (Kejadian 1:27-29). Adam sebagai suami Hawa sekaligus ayah dari Kain dan Habel; Hawa sebagai istri Adam sekaligus sebagai ibu Kain dan Habel; Kain dan Habel sebagai anak-anak dari Adam dan Hawa; Inilah keluarga ini pertama yang dibentuk oleh Allah.

Selain keluarga kecil atau keluarga inti, ada juga yang disebut keluarga besar, yaitu persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak serta kakek, nenek, paman dan bibi, dan lain-lain. Mereka beresal dari hubungan keluarga (kekerabatan) ayah maupun keluarga (kekerabatan) ibu.

Keluarga Kristen adalah persekutuan hidup antara ayah, ibu, dan anak-anak yang telah percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian ini dibangun dari pengertian Kristen itu sendiri. Kristen artinya menjadi pengikut Kristus, yang meneladani hidup dan ajaran-ajaran Kristus.

Dr. Kenneth Chafin dalam bukunyaIs There a Family in the House?memberi gambaran tentang maksud keluarga dalam lima identifikasi, yaitu:

1. Keluarga merupakan tempat untuk bertumbuh, menyangkut tubuh, akal budi, hubungan sosial, kasih dan rohani. Manusia diciptakan menurut gambar Allah sehingga mempunyai potensi untuk bertumbuh. Keluarga merupakan tempat memberi energi, perhatian, komitmen, kasih dan lingkungan yang kondusif untuk bertumbuh dalam segala hal ke arah Yesus Kristus.

2. Keluarga merupakan pusat pengembangan semua aktivitas. Dalam keluarga setiap orang bebas mengembangkan setiap karunianya masing-masing. Di dalam keluarga landasan kehidupan anak dibangun dan dikembangkan.

3. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk berteduh saat ada badai kehidupan. Barangkali orang lain sering tidak memahami kesulitan hidup yang kita rasakan tetapi di dalam keluarga kita mendapat perhatian dan perlindungan.

4. Keluarga merupakan tempat untuk mentransfer nilai-nilai, laboratorium hidup bagi setiap anggota keluarga dan saling belajar hal yang baik.

5. Keluarga merupakan tempat munculnya permasalahan dan penyelesaiannya. Tidak ada keluarga yang tidak menghadapi permasalahan hidup. Seringkali permasalahan muncul secara tidak terduga. Misalnya, hubungan suami istri, masalah yang dihadapi anak belasan tahun, dan masalah ekonomi. Namun, keluarga yang membiarkan Kristus memerintah sebagai Tuhan atas hidup mereka pasti dapat menyelesaikan semua permasalahan.

KEBUTUHAN KELUARGA SAAT INI

Memperhatikan penting dan strategisnya peranan keluarga, Paul Meier seorangpsikiaterKristen Amerika mengusulkan lima aspek yang harus terus bertumbuh dalam kehidupan sebuah keluarga, yaitu:

1. Kasih di antara suami istri dan di antara orang tua terhadap anak harus terus meningkat (1 Korintus 13:4-7).Apakah kasih itu? Menurut Meier, kasih mencakup komitmen, perhatian, perlindungan, pemeliharaan, pertanggungjawaban, dan kesetiaan. Kasih yang seharusnya berlanjut dalam relasi suami istri tidak lagi sebatas ketertarikan secara fisik.

Kasih itu harus diungkapkan dalam perbuatan nyata, saling berkomunikasi dan berelasi. Kasih itu juga diaktualisasikan ketika menghadapi masalah, memikiul tugas dan tanggung jawab hidup. Ketiadaan kasih diantara orang tua dapat dirasakan oleh anak, akibat selanjutnya adalah menggangu pertumbuhan watak mereka.

2. Harus ada disiplin yakni tegaknya keseimbangan hukuman dan pujian yang dinyatakan orang tua bagi anak mereka.Disiplin itu sendiri merupakan kebutuhan dasar anak pada masa pembentukannya. Disiplin tidaklah identik dengan hukuman saja. Disiplin sebenarnya berarti pemberitahuan, penjelasan, dan pelatihan dalam hal-hal kebajikan.

Melalui disiplin anak dimampukan mengenali dan memilih serta mewujudkan pilihannya dalam kebaikan itu. Disiplin orang tua bagi anak-anaknya juga berkaitan dengan pembentukan iman anak melalui pengajaran, percakapan, komunikasi formal, dan non formal. Alkitab mengajarkan bahwa orang tualah yang paling bertanggung jawab mengajari anak-anaknya dalam iman dan moral secara berulang-ulang dengan berbagai cara kreatif supaya mereka bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan (Baca: Ulangan 6:6-9; Matius 18:5-14).

3. Pentingnya konsistensi yaitu aturan yang dianggap benar, terus menerus dinyatakan dan diterapkan orang tua.Aturan tersebut tidak boleh hanya penuh semangat diterapkan satu minggu atau beberapa hari saja kemudian tidak dilaksanakan lagi, melain terus menerus dan konsisten. Penetapan aturan yang harus diikuti anak semestinya mempertimbangkan keadaan dan kebutuhan anak. Perlu dipahami bahwa cara anak menanggapi aturan berbeda-beda sesuai tingkat usia dan tahap perkembangan mereka.

4. Mendesaknya keteladanan orang tua dihadapan anak-anak, termasuk dalam segi perkataan, sikap, penampilan dan perbuatan (Baca: Efesus 6:4; Kolose 3:20-21).Para ahli psikologi dan pendidikan menyatakan bahwa anak kecil belajar dengan melihat, mendengar, merasakan dan meniru.

Selanjutnya mereka mengolah dalam pikirannya apa yang didengar dan dilihat, seiring dengan perkembangan kognitifnya. Jika anak mendapatkan contoh sikap dan perilaku yang buruk, ia memandang itu sebagai yang “benar” untuk diteladani. Yesus sendiri memang telah mengingatkan para orang tua supaya menjaga anggota tubuhnya sedemikian rupa agar tidak membawa anak-anak mereka bertumbuh dengan kekecewaan, lalu pada akhirnya jauh dari atau menolak kasih dan rahmat Tuhan (Matius 18:6-9).

5. Peran suami sebagai kepala rumah tangga harus dilaksanakan.Ini merupakan ketetapan Allah bagi setiap keluarga di dunia. Supaya keluarga bertumbuh sesuai dengan kehendak Tuhan, maka istri harus memberi kesempatan dan dukungan agar kepada suaminya untuk menjalankan peran sebagai kepala keluarga. Disinilah istri berperan sebagai penolong yang sepadan bagi suaminya (Suami yang takut akan Tuhan dan menjadi pimpinan yang melayani di dalam keluarganya dinyatakan akan berbahagia; berkat Tuhan akan hadir dan nyata dalam kehidupan istri, anak-anak dan pekerjaannya.

Inilah yang dilakukan oleh Yosua terhadap keluarganya. Ia mendemonstrasikan peran ini ketika berkata“… Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 24:15b).Peranan orang tua terutama, seorang suami untuk membawa seluruh keluarga beribadah kepada Tuhan berlaku dalam Perjanjian Lama dan tidak dibatalkan dalam Perjanjian Baru.

Dari sekian banyak peranan suami dalam Alkitab, dua hal yang paling menonjol, yaitu :

1) Peranan suami sebagai kepala rumah tangga.(Efesus 5:22-29). Sebagai kepala rumah tangga suami adalah pemimpin keluarga dan pengambil keputusan; pengayom bagi semua anggota keluarga; pelindung yang melindungi dan bertanggung jawab; mendidik, menegor dan menasihati. (Efesus 6:4); memberi contoh dan teladan yang baik bagi keluarga. 2)Peranan suami sebagai imam. Sebagai imam Ia harus memimpin dan mengatur ibadah dalam keluarga; Berdoa setiap waktu kepada Allah bagi seluruh anggota keluarganya dan juga bagi dirinya sendiri.

Setiap orang Kristen seharusnya komitmen di sebuah gereja lokal. Dari segi iman Kristen, Allah mempunyai hak, kedaulatan dan kuasa tertinggi untuk menuntut kepatuhan dari ciptaan, karena Dialah sang Pencipta dan Tuhan segala bangsa. Sebagai pengikut Kristus, satu-satunya komitmen tertinggi dan terpenting dalam hidup kita adalah komitmen kepada Allah. Setiap komitmen dan tindakan penting lainnya harus di dasarkan pada komitmen itu. Dalam hubungan dengan gereja, bagi orang Kristen ada dua komitmen terpenting dalam hidupnya , yaitu :

(1) Komitmen kepada Yesus Kristus yang adalah Tuhan, Juruselamat, dan Kepala Gereja;

(2) Komitmen kepada tubuh Kristus, yaitu gereja universal dan gereja lokal. Gereja adalah tubuh Kristus yang terdiri dari banyak anggota yang berlainan. Yang menempatkan anggota di dalam tubuhNya adalah Kristus sendiri (1 Korintus 12:18-20; Roma 12:4-5). Komitmen di gereja lokal berakar dari keyakinan bahwa Allah menurut kehendakNya yang berdaulat telah menetapkan setiap orang percaya menjadi anggota tubuhnya, dan dan menempatkannya di gereja-gereja lokal.

Alkitab memberikan alasan mengapa orang Kristen harus ke gereja lokal dan menjadi anggota yang berkomitmen di gereja lokal adalah karena :

(1) Gereja lokal merupakan tempat perkumpulan keluarga atau persekutuan orang percaya (Efesus 2:19-22). Dengan ke gereja lokal menghindarkan kita dari keterasingan/kesendirian yang mementingkan diri sendiri (1 Korintus 12:26);

(2) Gereja lokal adalah suatu persekutuan tubuh Kristus yang terdiri dari banyak anggota dan yang menempatkan anggota di dalam tubuhNya tersebut adalah Kristus sendiri (1 Korintus 12:18-20; Roma 12:4-5). Allah menurut kehendakNya yang berdaulat telah menetapkan dan menempatkan setiap orang percaya di gereja-gereja lokal.

Komitmen di gereja lokal berakar dari keyakinan ini, bahwa Allah menurut kehendakNya yang berdaulat telah menetapkan dan menempatkan setiap orang percaya di gereja-gereja loka. (1 Korintus 12:18-20. Gereja lokal adalah tempat untuk mengasuh, merawat, dan mengayomi atau dengan kata lain gereja lokal adalah temapt dimana proses pemuridan dilaksanakan;

(3) Ketika kita ke gereja lokal dan berkomitmen, kita memenuhi Perintah Tuhan Yesus (Matius 28:18-19). Karena di gereja kita diajar dan dimuridkan. Orang-orang yang mengatakan bahwa mereka diajar dan menjadi murid di luar konteks gereja lokal jelaslah tidak memahami sifat pemuridan maupun gereja lokal. Gereja lokal adalah konteks Allah yang di dalamnya berlangsung proses pemuridan (Bandingkan Efesus 1:22-23; 1 Timotius 3:14-15);

(4) Dengan ke gereja lokal menunjukkan bahwa kita adalah sungguh-sungguh Kristen, yaitu murid Kristus (Yohanes 13:35). Di gereja lokal kita dibentuk, diperlengkapi bertumbuh secara rohani (Efesus 4:11-16). Di gereja lokal kita saling membantu dan melayani (1 Korintus 12:7). Di gereja lokal kita saling menjaga dan melindungi agar terhindar dari kemunduran rohani (1 Korintus 10:12; Ibrani 10:25; Yakobus 5:19). Di gereja lokal kita dapat mengambil bagian dalam misi Kristus di dunia (Efesus 2:10).

Rasul Paulus menjelaskan bahwa gereja lokal adalah keluarga atau “rumah tangga Allah” (1 Timotius 3:14-15; Bandingkan Efesus 2:19). Metafora ini menunjukan bahwa orang-orang yang lahir baru dalam Kristus oleh Roh Kudus adalah anggota-anggota keluarga Allah. Mereka diangkat menjadi anak-anak Allah dan oleh Roh Kudus mereka menyebut Allah sebagai Bapa (Roma 8:14-17).

Hal ini menunjukkan suatu hubungan khusus dengan Allah dan dengan sesama anggota lainnya dalam keluargaNya. Keluarga tempat dimana perilaku orang percaya dinilai, dikritik, dan diperbaiki. Seorang anak dapat pergi ke sekolah dan belajar, tetapi tidak pernah menggantikan rumahnya dan keluarganya. Alkitab membandingkan kehidupan rohani sama seperti kehidupan jasmani (Bandingkan 1 Petrus 2:2; 2 Petrus 3:18), dimulai dari kelahiran seorang bayi, dilanjutkan dengan pertumbuhan dan perkembangan menjadi dewasa.

Demikian juga hal dengan kehidupan rohani. Berawal dari kelahiran baru (regenerasi) lalu bertumbuh dan berkembang hingga menjadi dewasa rohani. Seperti seorang bayi jasmani, maka seorang bayi rohani harus dirawat, diberi susu, dipelihara, didik, dilatih, diajar, dikoreksi sampai menjadi dewasa di dalam keluarga gereja. Tujuannya adalah untuk mencapai kedewasaan rohani (Efesus 3:13-18). Paulus menyatakan bahwa gereja adalah tubuh Kristus dan Kristus adalah kepalanya (Efesus 1:22-23). Jadi Kristus adalah kepala dan gereja adalah tubuhNya, yang dinyatakan di dalam setiap gereja lokal. Tugas gereja adalah melaksanakan perintah Kepalanya, yaitu Kristus.

Dr. Tim La Haye dalam bukunya yang berjudulYou and Your Family, memberikan diagram silsilah dua orang yang hidup pada abad 18. Yang pertama adalah Max Jukes, seorang penyelundup alkohol yang tidak bermoral. Yang kedua adalah Dr. Jonathan Edwards, seorang pendeta yang saleh dan pengkhotbah kebangunan rohani.

Jonathan Edwards ini menikah dengan seorang wanita yang mempunyai iman dan filsafat hidup yang baik. Melalui silsilah kedua orang ini ditemukan bahwa dari Max Jukes terdapat 1.026 keturunan : 300 orang mati muda, 100 orang dipenjara, 190 orang pelacur, 100 orang peminum berat. Dari Dr. Edwards terdapat 729 keturunan : 300 orang pengkhotbah, 65 orang profesor di universitas, 13 orang penulis, 3 orang pejabat pemerintah, dan 1 orang wakil presiden Amerika.

Berdasarkan diagram tersebut kita bisa melihat bahwa kebiasaan, keputusan dan nilai-nilai dari generasi terdahulu sangat mempengaruhi kehidupan generasi berikutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli psikologi dan pendidikan pada umumnya yang menyatakan bahwa lingkungan dan agen yang banyak mempengaruhi pembentukan watak, iman, dan tata nilai seseorang adalah keluarga asal (the family of origin). Dengan kata lain, keluarga asal dianggap paling berperan dan berharga dengan berbagai dinamika dan kondisi apapun.

Karena itu, dalam Mazmur 78:5 dituliskan,“Telah ditetapkan-Nya peringatan di Yakub dan hukum Taurat diberi-Nya di Israel; nenek moyang kita diperintahkan-Nya untuk memperkenalkannya kepada anak-anak mereka”.Tuhan memerintahkan agar para orangtua memperkenalkan kisah perbuatan-Nya yang ajaib dalam sejarah Israel dan hukum-hukum-Nya kepada anak-anak mereka.

Hal ini bertujuan agar anak-anak hidup taat akan Tuhan dan menaruh harapan kepada-Nya. Orangtualah penanggung jawab utama pendidikan rohani bagi anak-anaknya. Tanggung jawab ini tidak dapat dialihkan kepada para guru disekolah maupun sekolah minggu karena waktu yang mereka miliki untuk bergaul dengan anak-anak di sekolah aupun di gereja jauh lebih sedikit dibandingkan dengan waktu yang dimiliki oleh orangtua.

Dari uraian diatas, jelaslah bahwa karakter, tata nilai, dan cara beriman kita muncul dan berkembang dari keluarga tempat dimana kita dibesarkan dan bertumbuh. Selain itu betapa pentingnya kehidupan keluarga yang baik, yang sesuai dengan prinsip Alkitab (2 Timotius 3:16-17). Syarat ini diperlukan untuk membentuk generasi yang berkarakter mulia sesuai dengan kehendak Allah..

REFERENSI:KELUARGA KRISTEN: PENGERTIAN, PENTINGNYA, KEBUTUHAN DAN GEREJA LOKAL

Burke, Dale., 2000.Dua Perbedaan dalam Satu Tujuan.Terjemahan Indonesia (2007), Penerbit Metanoia Publising : Jakarta.

Clinton, Tim., 2010.Sex and Relationship.Baker Book, Grand Rapids. Terjemahan Indonesia (2012), Penerbit ANDI : Yogyakarta.

Douglas, J.D.,ed, 1988.The New Bible Dictionary. Terjemahan Indonesia:Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, 2 Jilid, diterjemahkan (1993), Yayasan Komunikasi Bina Kasih : Jakarta.

Ferguson, B. Sinclair, David F. Wright, J.I. Packer., 1988.New Dictionary Of Theology.Inter-Varsity Press, Leicester. Edisi Indonesia, jilid 1, diterjemahkan (2008), Penerbit Literatur SAAT : Malang.

Geisler, Norman L., 2000.Christian Ethics: Options and Issues.Edisi Indonesia dengan judulEtika Kristen: Pilihan dan Isu,Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Jakarta.

Gutrie, Donald.,ed, 1976.TheNewBible Commentary. Intervarsity Press, Leicester, England.Edisi Indonesia dengan judulTafsiran Alkitab Masa Kini, Jilid 3, diterjemahkan (1981), Yayasan Komunikasi Bina Kasih : Jakarta.

Gutrie, Donald., 1981New Tastament Theology,. Intervarsity Press, Leicester, England.Edisi Indonesia dengan judulTeologi Perjanjian Baru, 3 Jilid, diterjemahkan (1991), BPK Gunung Mulia : Jakarta.

G.P, Harianto,Pendidikan Agama KristenDalam Alkitab dan Dunia Pendidikan Masa Kini. Penerbit,Andi Offset, Yokyakarta bekerjasana dengan STT Bethany, Surabaya, 2012.

Homrighausen, E.G dan Enklaar,Pendidikan Agama Kristen, Cetakan ke IV, Penerbit BPK Gunung Mulia, Jakarta 2001.

Kristianto, Paulus L,Prinsip dan Praktik Pendidikan Agama Kristen. Penerbit Andi Offset, Yokyakarta, 2006.

Ladd, George Eldon., 1974.A Theology of the New Tastament, Grand Rapids. Edisi Indonesia dengan JudulTeologi Perjanjian Baru.2 Jilid, diterjemahkan (1999), Penerbit Kalam Hidup : Bandung.

Lewis, C.S., 2006.Mere Christianity. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung

Morris, Leon., 2006.New Testamant Theology. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Newman, Barclay M., 1993.Kamus Yunani – Indonesia Untuk Perjanjian Baru, terjemahkan, BPK Gunung Mulia : Jakarta.

Pfeiffer, Charles F & Eferett F. Herrison., ed, 1962.The Wycliffe Bible Commentary.Edisi Indonesia dengan judulTafsiran Alkitab WycliffePerjanjian Baru,volume 3, diterjemahkan (2004), Penerbit Gandum Mas : Malang.

Piper, John & Justin Taylor,ed., 2005.Kingdom Sex and the Supremacy of Christ.Edisi Indonesia dengan judulSeks dan Supremasi Kristus,Terjemahan (2011), Penerbit Momentum : Jakarta.

Prokopchak, Stave and Mary., 2009.Called Together.Destiny image, USA,. Terjemahan Indonesia (2011), Penerbit ANDI : Yogyakarta.

Sijabat, B. Samuel,Membesarkan Anak Dengan Kreatif,Penerbit Yayasan ANDI, Yogyakarta, 2008.

Sproul, R.C., 1997.Essential Truths of the Christian Faith.diterjemahkan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.

Stassen, Glen & David Gushee., 2003.Kingdom Ethics: Following Jesus in Contemporary Contex.Edisi Indonesia dengan judulEtika Kerajaan: Mengikut Yesus dalam Konteks Masa Kini,Terjemahan (2008), Penerbit Momentum : Jakarta.

Stamps, Donald C.,ed, 1995.Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Terj, Penerbit Gandum Mas : Malang.

Susanto, Hasan., 2003.Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid 1 dan 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.