Blog

Faktor Kebudayaan Dalam Teori Hubungan Internasion

Faktor Kebudayaan dalam Teori Hubungan Internasional

This article tried to explain some thoughts on the importance of cultural factors in the study

of International Relations (IR). As it is known that the mainstream theories of international

relations since the end of the World War II has ignored the role of cultural factors in world

politics. But, after the Cold War era in 1990s, culture began to enter the center of research on

international relations. After the Cold War ended, cultural factors become particularly

prominent, and began to gain more attention from the scholars of International Relations.

There are at least three most prominent theories which are increasingly taking account the

role of cultural factors in international, that is, Huntington’s “clash of civilization” theory,

Nye’s “soft power” theory, and constructivism theory. In addition, since the 1990s, many

studies conducted by IR scholars on the relationship between culture and foreign policy of a

country. The emergence of international culturology as a sub-field of IR studies further

confirmed that culture as an important variable in international relations.

Keywords: cultural factor, international relations, international culturology, theory.

HAMPIR semua text-book Hubungan Internasional (HI) yang terbit pada millennium

ketiga pasti memberikan penekanan mengenai terjadinya perubahan fundamental dalam

politik global pasca Perang Dingin. Perubahan fundamental tersebut tidak dapat disangkal

lagi memiliki pengaruh besar terhadap eksistensi studi HI. Teori-teori baru bermunculan

menentang atau sekedar mengritik teori-teori arus utama (mainstream theories). Tema-tema

baru mendapatkan perhatian serius dari para sarjana HI menggantikan tema-tema lama yang

lebih menekankan pada isu-isu politik dan keamanan tradisional. Salah satu tema baru yang

mulai mendapatkan perhatian dari para sarjana dan teoritisi HI adalah isu kebudayaan

(culture). Sebagaimana dikatakan Zu Majie, dalam konfigurasi dunia baru pasca Perang

Dingin, faktor kebudayaan menjadi sangat menonjol1, dan mulai memperoleh perhatian dari

Sebagaimana diketahui, sejak Perang Dunia II Amerika Serikar (AS) telah

mendominasi dan mengontrol teori dan penelitian tentang hubungan internasional.

Perdebatan antara tiga aliran utama, yaitu realisme, liberalisme, dan strukturalisme telah

mewarnai studi HI selama beberapa dekade dan perdebatan mereka selalu berkisar pada

1 Zhu Majie. 2002. “Contemporary Culture and International Relations”, dalam Yu Xiantian, Cultural Impact on

International Relations. Washington, DC: The Council for Research in Values and Philosophy, hal. 23-38.