Blog

TAMAN NASIONAL KABUPATEN KAPUAS HULU

Kabupaten Kapuas Hulu merupakan salah satu daerah yang memiliki areal hutan cukup luas. Oleh karena itu daerah ini memiliki karakter tersendiri, sehingga sering dijuluki sebagai “The Heart of Borneo”. Areal hutan yang dimiliki cukup menjanjikan untuk kemajuan Kabupaten Kapuas Hulu di masa yang akan datang. Keberadaan Taman Nasional di Kabupaten Kapuas Hulu merupakan suatu kebanggaan karena merupakan aset nasional bahkan internasional yang telah dapat memberikan kontribusi manfaat jasa lingkungan yang besar baik secara lokal maupun global, sehingga keberadaannya perlu dilestarikan. Di sisi lain bagi masyarakat di sekitar hutan, Taman Nasional di Kabupaten Kapuas Hulu mempunyai arti yang sangat penting, karena dengan areal hutan yang luas tersebut memiliki nilai ekonomi yang sangat besar dan diyakini sebagai warisan dari nenek moyang leluhur mereka. 1. TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM (TNDS) Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) merupakan salah satu kawasan konservasi di Indonesia dengan luas 130.000 ha, kawasan hutan rawa tergenang yang terdapat sungai-sungai besar dan kecil ini merupakan salah satu kebanggaan Indonesia, dimana hutan ini sangat langka di dunia. Sepanjang lebih kurang sepuluh bulan dalam satu tahun, TNDS digenangi oleh air sungai Kapuas dan menjadi hamparan lahan basah yang luasnya lebih dari 120.000 ha. Kondisi Umum TNDS berada di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu Propinsi Kalimantan Barat. Letaknya kira-kira 700 km dari Pontianak. Secara Administrasi kawasan ini meliputi 7 (tujuh) kecamatan yaitu Kecamatan Batang Lupar, Badau, Jongkong, Bunut Hilir, Suhaid Selimbau dan Semitau. Secara geografis kawasan TNDS terletak di antara 00045′ ‘ LU dan ‘ ‘ BT atau berjarak sekitar 100 km di sebelah utara garis equator. Potensi Flora dan Fauna Berdasarkan data yang tercatat, hingga saat ini terdapat 675 (spesies) yang tergolong dalam 97 suku (familia), khusus anggrek terdapat 154 jenis (spesies). Dari jumlah tersebut 3 jenis merupakan jenis endemik dan 10 jenis merupakan jenis baru. Jenis tumbuhanyang ada antara lain Dichilanthe borneensis, Menungau (Vatica menungau), Putat (Baringtonia acutangula), Kayu Tahun (Carallia bracteata), Rengas (Gluta rengas), Kawi (Shorea balangeran), Ramin (Gonytylus bancanus), Ransa (Eugeissona ambigua) dan sebagainya. Di kawasan TNDS terdapat jenis tumbuhan yang sama dengan tumbuhan endemik di Amazon, dimana oleh masyarakat tumbuhan tersebut dikenal dengan nama Pungguk (Crateva religiosa). Ikan air tawar di TNDS tercatat sebanyak 265 jenis. Mulai dari yang kecil sekitar 1 cm yaitu ikan Linut (Sundasalax cf. Microps) sampai ikan Tapah (Wallago leeri), yang dapat mencapai ukuran lebih dari 200 cm. Jenis ikan untuk konsumsi seperti ikan Toman, Lais, Belida, Jelawat dan Patin terdapat di kawasan ini. Jenis ikan hias misalnya ikan Ulang Uli (Botia macracantho) dan ikan Siluk Merah Super (Scleropages formosus). Selain kaya akan jumlah spesies, beberapa diantaranya merupakan jenis endemik dan langka, misalnya saja terdapat 13 jenis ikan yang tergolong dalam spesies baru (New spesies). TNDS memiliki 147 jenis mamalia. Kekayaan jenis tersebut mencakup hampir dua pertiga atau 67 % dari 222 jenis mamalia yang terdapat di Kalimantan. Sebagian besar jenis mamalia yang ada di kawasan ini merupakan jenis endemik, langka atau hampir punah seperti Bekantan (Nasalis larvatas), Kepuh (Presbytis melataphos eruniger), Orang Utan (Pongo pygmaeusi), Ungko Tangan Hitam (Hyobates agilis), Kelempiau Kalimantan (Hylobates muelleri), Macan Dahan (Neofelis nebulosa) dan sebagainya (sekitar 23 jenis lainnya). TNDS terdapat 310 jenis burung dan termasuk jenis burung Bangau Hutan Rawa (Ciconia stormi) yang tergolong langka dan Beluk Ketupa (Ketupa ketupa), Bangau Tuntong (Leptoptilus) dan 8 jenis Rangkong (Bucerotidae) yang dilindungi secara internasional. Jumlah jenis burung yang terdapat di kawasan ini juga dikategorikan kaya karena dari 1.519 jenis burung yang ada di Indonesia 20% diantaranya dapat ditemukan disini. TNDS juga terdapat 31 jenis dari kelompok hewan melata atau Reptilia (Reptil). Delapan jenis diantaranya merupakan jenis dilindungi seperti Buaya Muara (Crocodylus porosus), Buaya Seyolong (Tomistoma schlegelli), Labi-labi, Ular, Biawak dan lain-lain, bahkan Buaya Katak atau Buaya Rabin (Crocodylus raninus) yang di Asia telah dinyatakan punah sejak 150 tahun yang lalu diperkirakan masih ditemukan di kawasan ini. Pariwisata TNDS selain sebagai kawasan konservasi juga mempunyai potensi wisata yang sangat menarik, antara lain : * Artevak, dapat dilihat di sungai Sedik, Empaik dan Ukit-ukit berupa rumah betang (rumah panjang) serta pulau Melayu (tempat dikeramatkan masyarakat Melayu) * Bentangan Alam adalah hamparan danau yang luas dan perbukitan yang mengelilinginya. * Atraksi satwa berupa keanekaragaman jenis burung dan mamalia. * Keunikan flora yang jenisnya 89 % berbeda dengan yang ada di DAS Kapuas. * Kebudayaan yaitu tata cara dan adat istiadat masyarakat Melayu dalam mengelola sumber daya ikan dan beternak lebah secara tradisional serta tata cara atau adat istiadat masyarakat Ibandan Kantuk dalam melakukan upacara adat istiadat ritual mereka serta membuat barang-barang anyaman dan tenun ikat. 2. TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN (TNBK) Kawasan TNBK berada dalam 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Embaloh Hulu, Kecamatan Embaloh Hilir, dan Kecamatan Putussibau. Wilayahnya terbentang memanjang pada ‘ ‘ Bujur Timur dan 0040’ ‘ Lintang Utara. TNBK berbentuk sempit memanjang berbatasan dengan Sarawak negara bagian Malaysia di sebelah utara, Provinsi Kalimantan Timur di sebelah timur, di sebelah selatan daerah Benua Martinus dan Putussibau, dan wilayah Lanjak/Nanga Badau di sebelah barat. Kondisi Umum Keanekaragaman ekosistem di kawasan TNBK sangat tinggi dan keadaan vegetasi hutannya masih baik dan relatif utuh. Berdasarkan pengamatan lapangan, kawasan hutan di Taman Nasional Betung Kerihun dapat dikelompokkan menjadi delapan tipe ekosistem, yaitu Hutan Dipterocarpaceae Dataran Rendah (Low Land Dipterocarpaceae Forest), Hutan Alluvial (Alluvial Forest), Hutan Rawa (Swamp Forest), Hutan Sekunder Tua (Old Secondary Forest), Hutan Dipterocarpaceae Bukit (Hill Dipterocarp Forest), Hutan Berkapur (Limestone Forest), Hutan Sub-Gunung (Sub-Montane Forest), dan Hutan Gunung (Montane Forest). Potensi Flora dan Fauna Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun dan Suaka Margasatwa Lanjak Entimau (Serawak) adalah merupakan kawasan konservasi lintas batas yang pertama di Asia yang mempunyai keanekaragaman ekosistem dan kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi. Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun terdapat 8 (delapan) tipe ekosistem yang terdiri dari : Hutan Dipterocarpaceae Dataran Rendah (Low Land Dipterocarp Forest), Hutan Alluvial (Alluvial Forest), Hutan Rawa (Swamp Forest), Hutan Sekunder Tua (Old Secondary Forest), Hutan Dipterocarpaceae Bukit (Hill Dipterocarp Forest), Hutan Berkapur (Limestone), Hutan Sub Pegunungan (Sub-Montane Forest), dan Hutan Pegunungan (Montane Forest). Ditinjau dari keanekaragaman jenis pohon, hutan Taman Nasional Betung Kerihun memiliki keragaman jenis yang tinggi dan beberapa diantaranya merupakan jenis baru. Hutan Dipterocarpaceae dataran rendah yang merupakan porsi terbesar dari Taman Nasional Betung Kerihun mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi dan umumnya dari marga Dipterocarpus, Dryobalanops, Hopea, Parashorea, Shorea, vatica. Sebagai contoh adalah jenis Amyxa pluricormis yang merupakan kerabat kayu Gaharu (Aquilaria spp.) tidak hanya endemik borneo, namun juga merupakan marga yang tunggal. Selain itu, pisang jenis baru Musa lawitiensis dan beberapa jenis flora temuan baru (new record) seperti Neo uvaria, Acuminatissima, Castanopsis inermis, Lithocarpus phillipinensis, Chisocheton caulifloris, Eugenia spicata, dan Shorea peltata juga didapat. Keanekaragaman nabati yang tinggi ini terlihat juga dengan jenis di setiap famili tumbuhan. Suku Dipterocarpaceae misalnya, mempunyai jumlah jenis terbesar, yaitu 121 dari total 267 jenis yang tumbuh di Borneo. Marga Shorea saja mempunyai jumlah jenis tidak kurang dari 30 jenis. Suku tumbuhan lain yang mempunyai jumlah jenis banyak adalah Euphorbiaceae (73), Clusiaceae (33), Burseraceae (30), Mrytaceae (28). Oleh karena itu, sedapat mungkin hutan tropis primer ini jangan sampai mendapatkan gangguan yang terlalu intensif terutama yang diakibatkan oleh manusia, karena kelestarian keanekaragaman jenisnya akan cepat menurun. Keanekaragaman jenis fauna di Taman Nasional Betung Kerihun cukup tinggi baik yang belum maupun yang sudah dilindungi oleh Peraturan Perundangan. Dari kelompok mamalia terinventarisir 48 jenis mamalia, diantaranya adalah Harimau Dahan (Muntiacus muntjak), Kijang Emas (Mutiacus atherodes), Rusa Sambar (Cervus sp) dan Kancil (Tragulus napu) dan satu jenis berang-berang (Lutra sumatrana) yang dinyatakan langka oleh IUCN ternyata masih bisa ditemui di DAS Mendalam. Keanekaragaman fauna di Taman Nasional Betung Kerihun sangat tinggi dan beberapa diantaranya merupakan jenis baru. Dari kelompok primata ditemukan sebanyak 7 jenis, yaitu : orang utan (Pongo pygmaeus), Kelempiau (Hylobates muelleri), Hout (Presbytis frontata), Kelasi (Presbytis rubicunda), Beruk (Macaca nemestrina), Kera (Macaca fascicularis), dan Tarsius (tarsius bancanus). Jenis ikan di kawasan TNBK juga tergolong tinggi, paling tidak ditemukan tiga jenis ikan yang salah satunya masih dalam pengkajian ilmiah untuk penamaan. Salah satu jenis ikan yang berpotensi untuk dibudidayakan sebagai ikan konsumsi adalah ikan Semah (Tor tambroides) yang saat ini banyak ditangkap masyarakat untuk diperjualbelikan. Secara keseluruhan untuk kelompok ikan berhasil dikoleksi sekitar 4.000 specimen yang diambil dari 123 stasiun di 35 sungai besar dan kecil, menghasilkan 112 jenis ikan yang tergolong dalam 41 marga dan 12 suku, dan 14 jenis diantaranya merupakan jenis endemik borneo. Dari kelompok serangga di Taman Nasional Betung Kerihun tercatat tidak kurang dari 170 jenis yang teridentifikasi. Kelompok burung teridentifikasi sebanyak 301 jenis yang tergolong dalam 151 marga dan 36 suku. Diantaranya terdapat 15 jenis merupakan pendatang (migran). Sebanyak 6 jenis merupakan temuan baru untuk Indonesia, yaitu Acciper nisus, Dendricitta cinerascens, Ficedula parva, Luscinia calliope, Pycononotus flasvescent, dan Rhinomyas brunneata. Sebanyak 63 jenis merupakan jenis burung yang dilindungi oleh undang-undang, termasuk didalamnya adalah maskot fauna Propinsi Kalimantan Barat yaitu Enggang gading (Buceros vigil) dan 24 jenis merupakan jenis endemik untuk Borneo. Keanekaragaman jenis herpetofauna (amphibia dan reftilia) di Taman Nasional Betung Kerihun cukup tinggi. Dari sekitar 1.500 specimen yang berhasil dikumpulkan, 103 jenis diantaranya telah dapat diidentifikasi yang terdiri dari : 51 jenis amphibi, 26 jenis kadal,2 jenis buaya, 3 jenis kura-kura dan 21 jenis ular. Hal yang menarik adalah ditemukannya salah satu jenis yang tergolong katak terkecil di dunia yaitu Leptobrachella myorbergi yang ukurannya ± 1 cm. Sumber : DATA POKOK KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2013

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *