Blog

Penyebab HIV Dan AIDS Plus Berbagai Faktor Risikonya

Penggunaan obat melalui suntikan merupakan rute langsung dari transmisi. Namun demikian, perilaku berisiko lainnya yang terkait dengan pemakaian narkoba, seperti minum-minum alkohol, merokok, dan seks bebas juga terkait dengan peningkatan risiko penyebab HIV dan AIDS.

Perilaku-perilaku berisiko di atas dapat meningkatkan risiko HIV dengan mengaburkan logika dan menurunkan kesadaran pengguna untuk menalar. Pada orang yang telah terinfeksi, perilaku-perilaku ini dapat mempercepat perkembangan HIV dan berdampak buruk pada pengobatan HIV.

Menggunakan peralatan untuk membuat tattoo atau tindik badan – termasuk tinta – yang tidak steril atau bersih juga dapat menjadi perilaku penyebab HIV AIDS.

Orang-orang yang berisiko tertular virus penyebab HIV
Dari penjelasan di atas, risiko penularan HIV tampak paling banyak dan umum pada orang-orang yang berhubungan seks tanpa kondom dan pemakai narkoba.

Namun berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan tahun 2017, ada tren kenaikan jumlah kasus HIV baru pada anak-anak dan ibu rumah tangga. Kenapa begitu?

1. Ibu rumah tangga
Sampai saat ini tidak sedikit jumlah ibu rumah tangga yang didiagnosis mengidap HIV.

Seperti dikutip dari Jakarta Globe, Emi Yuliana dari Komisi Pencegahan AIDS Surabaya mengatakan jumlah ibu rumah tangga yang mengidap HIV/AIDS meningkat lebih banyak ketimbang kelompok wanita pekerja seks komersil. Pun menurut Kepala Badan Penanggulangan AIDS Daerah Bogor, sekitar 60% dari penderita HIV/AIDS di Kota Bogor adalah ibu rumah tangga.

Ini kemungkinan disebabkan oleh hubungan seksual dengan pasangan yang positif HIV dan kurangnya intervensi terhadap pencegahan dari penyebab HIV dan AIDS pada ibu rumah tangga. Berbeda dengan upaya pencegahan pada pekerja seks komersial yang lebih digalakkan.

Kendala utamanya yang diketahui adalah penolakan untuk menjalani tes HIV/AIDS setelah menikah, terutama pada kebanyakan ibu hamil ataupun yang berencana hamil. Penolakan biasanya terjadi karena merasa malu, tabu, atau merasa baik dirinya maupun pasangannya tidak pernah berhubungan seksual dengan orang lain.

Hanya ada kurang dari 10% yang bersedia menjalani tes HIV setelah menikah.

2. Petugas kesehatan
Kelompok lainnya yang berisiko tinggi terinfeksi virus penyebab HIV adalah petugas pusat layanan kesehatan, seperti dokter, perawat, petugas laboratorium, hingga petugas pembersih limbah fasilitas kesehatan. Penyebab HIV di institusi medis biasanya berasal dari darah yang terinfeksi.

Darah dari pasien yang positif HIV dapat menularkan HIV kepada petugas kesehatan tersebut melalui luka terbuka.

Ada beberapa cara virus penyebab HIV dapat ditularkan ke petugas kesehatan, yaitu:

* Jika jarum suntik yang telah dipakai oleh pasien yang terinfeksi virus penyebab HIV tidak sengaja tertancap ke petugas kesehatan (disebut juga needle-stick injury)
* Jika darah yang terkontaminasi virus penyebab HIV mengenai membran mukosa seperti misalnya mata, hidung, dan mulut.
* Jika darah yang terkontaminasi virus penyebab HIV mengenai luka terbuka.

Penularan virus penyebab HIV kepada petugas kesehatan dapat dicegah dengan cara:

* Gunakan pelindung diri seperti masker, baju khusus rumah sakit, goggle atau kacamata khusus, dan sarung tangan.
* Selalu tutup luka terbuka dengan plester atau perban.
* Selalu berhati-hati jika menangani benda-benda tajam.
* Buang limbah rumah sakit yang berpotensi mentransfer virus penyebab HIV (seperti jarum suntik misalnya) ke tempat sampah yang solid atau keras, tidak hanya di dalam plastik saja karena ujung jarum suntik yang tajam bisa saja menyembul keluar.
* Bersihkan darah yang berceceran sesegera mungkin.
* Selalu cuci tangan menggunakan cairan pembersih setelah melakukan kontak dengan pasien terutama jika terkena darah pasien.

3. Bayi
Ibu hamil yang menderita HIV dapat menularkan virus tersebut kepada bayinya.

Virus penyebab HIV dan AIDS ini dapat berpindah ketika bayi masih di dalam janin, ketika proses kelahiran, dan ketika menyusui. Penularan dari ibu ke bayi ini adalah penyebab HIV AIDS yang utama pada anak-anak.

Penyebab HIV AIDS yang ditularkan dari ibu ke bayi sebenarnya bisa dicegah, jika:

* Perempuan yang mengidap HIV mendapatkan pengobatan HIV selama kehamilan dan saat proses melahirkan atau secara khusus menjadwalkan kelahiran melalui operasi caesar. Operasi caesar menimalisir penularan virus penyebab HIV seperti kemungkinan cairan-cairan tubuh ibu menginfeksi bayi saat proses kelahiran berlangsung.
* Bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita HIV kemudian diberi obat HIV selama 6 minggu setelah lahir dan tidak diberi ASI. Untuk menghindari virus penyebab HIV, ibu yang terinfeksi dianjurkan untuk tidak menyusui bayinya dan mengganti ASI dengan susu formula sebagai salah satu pilihan untuk mencukupi kebutuhan gizi bayi.

Obat-obatan HIV mengurangi jumlah virus penyebab HIV dalam tubuh. Berkurangnya jumlah virus penyebab HIV secara langsung dapat menurunkan peluang penularan HIV pada bayi selama di dalam kandungan maupun saat proses kelahiran. Obat-obatan bisa ditransfer melalui plasenta sehingga dapat melindungi bayi dari infeksi virus penyebab HIV.