Blog

Pengertian Sosialisasi Politik Menurut Para Ahli

written by amelJuly 19, 2017Budaya politik sangat erat kaitannya dengan sosialisasi politik. Sosialisasi politik terdiri dari 2 (dua) kata yaitu sosialisasi dan politik. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), sosialisasi adalah proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dalam lingkungannya. Dengan demikian sosialisasi politik merupakan proses belajar seseorang dalam kehidupan bermasyarakat untuk mengenal dan menghayati politik yang terjadi di lingkungannya. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini dikemukakan pengertian sosialisasi dalam politik oleh beberapa pendapat yakni:

Pengertian sosialisasi politik, menurut beberapa ahli yang wajib kalian ketahui sebagai berikut:

1. Michael Rush dan Philip Althoff

Menurut Michael Rush dan Philip Althoff, sosialisasi politik adalah suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang. Tidak hanya memperkenalkan saja tetapi juga bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik yang ada.

Berdasarkan pendapat S. N Eisentadt, sosialisasi politik merupakan sutau komunikasi dengan dan dipelajari oleh manusia. Komunikasi ini terjadi oleh manusia satu terhadap manusia yang lainnya yang berlangsung secara bertahap dan membentuk hubungan atau relasi umum.

Artikel terkait :

1. David Easton dan Jack Dennis

David Easton dan Jack Dennis mengungkapkan bahwa sosialisasi politik adalah suatu proses perkembangan seseorang untuk mendapatkan orientasi-orientasi politik dan pola-pola tingkah lakunya.

Seperti halnya David Easton dan Jack Dennis, Almond dan Verba memiliki pendapat yang sama dengan mereka terkait pengertian sosialisasi politik. Mereka menegaskan bahwa orientasi politik dan pola tingkah laku individu diperoleh melalui sosialisasi politik. Adapun orientasi yang dimaksud dalam hal ini meliputi:

* Orientasi Kognitif– Orientasi yang dimaksud disini adalah pengetahuan tentang kepercayaan pada politik, peranan, kewajiban-kewajiban, serta input dan outputnya.
* Orientasi Afektif– Afektif berarti berkaitan dengan perasaan sehingga orientasi afektif yang dimaksud disini adalah perasaan terhadap sistem politik, peranan, para aktor dan penampilannya.
* Orientasi Evaluatif– Orientasi disini erat kaitannya dengan keputusan maupun pendapat tentang obyek-obyek politik yang secara tipikal melibatkan kombinasi standar nilai-nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Irvin L. Child bahwa sosialisasi politik adalah segenap proses yang ditempuh oleh suatu individu yang dilahirkan dari berbagai potensi tingkah laku. Selain itu, individu tersebut juga dituntut untuk mengembangkan tingkah lakunya secara nyata sehingga menjadi kebiasaan dan dapat diterima berdasarkan standar kelompok yang telah ditetapkan.

Menurut pendapat dari Kweit, sosialisasi politik merupakan suatu proses melalui mana individu belajar tentang politik.

Artikel terkait :

Richard E. Dawson memaknai sosialisasi politik sebagai suatu warisan. Warisan yang dimaksud disini berupa pengetahuan, nilai-nilai, pandangan dan sarana politik kepada warga negara yang baru atau bagi mereka yang sudah menginjak dewasa. (Baca juga : Pendidikan Karakter Bangsa)

Menurut pendapat Denish Kavanagh, sosialisasi politik dimaknai sebagai suatu proses dimana seseorang belajar untuk menumbuhkan pandangan politiknya.

Hyman berpendapat bahwa sosialisasi politik adalah proses belajar yang berlangsung secara terus-menerus serta melibatkan emosional (emotional learning) dan indoktrinasi politik yang manifes. Proses belajar ini didasarkan pada partisipasi dan pengalaman individu yang menjalani proses belajar tersebut.

Sosialisasi politik oleh Kenneth P. Langton diartikan sebagai suatu cara oleh masyarakat untuk meneruskan budaya politik yang dimilikinya. (Baca juga : Tipe-tipe Budaya Politik di Indonesia)

David F. Aberlee mengungkapkan bahwa sosialisasi politik merupakan suatu pola yang menunjukkan aksi sosial atau segala aspek tingkah laku dimana pola ini ditanamkan kepada individu-individu baik untuk keterampilan, ilmu pengetahuan, motif, maupun sikap-sikap yang perlu ditampilkan secara berkelanjutan dalam kehidupan manusia sejauh peranan yang baru masih harus dipelajari.

Di dalam bukunya, Miriam Budiarjo mengungkapkan bahwa sosialisasi politik adalah sarana bagi partai politik untuk mengenalkan nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh partai politik tersebut secara berkesinambungan, agar nilai dan norma tersebut terus dikenal dan dianut oleh setiap generasi.

Artikel terkait :

Ramlan Surbakti berpendapat bahwa sosialisasi politik merupakan proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat. Melalui proses sosialisasi politik inilah para masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat. (Baca juga : Ciri-ciri Masyarakat Politik)

Berdasarkan pendapat dari Alfian, sosialisasi politik berarti suatu proses dimana anggota-anggota masyarakat mengenal, memahami, menghayati nilai-nilai politik tertentu yang oleh karena itu mempengaruhi sikap dan tingkah laku politik sehari-hari. Terdapat 2 (dua) hal yang perlu diperhatikan dalam sosialisasi politik ini yakni:

* Proses yang terjadi harus dilihat secara terus-menerus selama anggota masyarakat tersebut masih hidup (Baca juga : Syarat Masyarakat Madani)
* Proses pembelajarannya bersifat langsung dan melibatkan komunikasi informasi, nilai dan perasaan-perasaan yang berhubungan dengan politik secara tegas melalui berbagai media seperti pergaulan kelompok, media massa, kegiatan di sekolah, maupun kontak dengan politik secara langsung.

Menurut Natsir, sosialisasi politik lebih ditekankan pada aspek pembinaan warga negara ke arah kehidupan dan cara berpikir yang sesuai dengan pola yang ditentukan oleh partai. (Baca juga:Kewajiban Warga Negara)

Agen Sosialisasi Politik

Beberapa uraian di atas telah menunjukkan pengertian sosialisasi politik menurut berbagai pendapat. Jika memang sosialisasi politik sangat erat kaitannya dengan budaya politik yang terjadi di suatu bangsa dan negara, lalu, siapa yang melakukan sosialisasi tersebut? Berikut ini adalah 5 (lima) agen penting yang berperan dalam kegiatan sosialisai politik menurut Rush dan Althof, meliputi:

Keluarga merupakan agen pertama yang berperan dalam sosialisasi politik. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan lingkungan terdekat yang dapat mempengaruhi karakter politik seseorang. Hal ini tidak lepas dari peran orangtua maupun saudara untuk memberikan pandangan politik kepada anggota keluarga lainnya termasuk nilai dan norma-norma yang dijunjung dalam kehidupan bermasyarakat. Terdapat 2 (dua) bentuk umum pola sosialisasi yang dapat dibentuk, yaitu: (Baca juga : Pengertian Norma)

* Sosialisasi Represif – Sosialisasi ini dapat dibentuk dengan menekankan pada kepatuhan anak dan pemberian hukuman terhadap perilaku yang keliru
* Sosialisasi Partisipasif – Sosialisasi ini dilakukan dengan menekankan pada otonomi anak dan pemberian imbalan untuk perilaku yang anak yang baik.

Selain keluarga di rumah, keluarga di sekolah juga memegang peranan penting dalam pandangan politik suatu individu. Sebagian besar dari kita justu mengetahui berbagai lagu daerah, lagu kebangsaan, dasar negara, dan sebagainya dari pendidikan di sekolah. Dengan demikian, sekolah termasuk komponen penting agar siswa tidak mengalami krisis identitas. (Baca juga : Faktor Pendorong dan Penghambat Integritas Nasional)

Salah satu agen pokok dalam sosialisasi politik adalah peer group. Peer group disini adalah lingkungan teman-teman seusia dengan status yang sama dan mengelilingi suatu individu. Sosialisasi di lingkungan ini bersifat informal dan langsung. Kelompok seperti ini bisa terbentuk berdasarkan hobi, profesi yang sama, satu sekolah, satu lingkungan kerja, maupun kesamaan daerah tempat tinggal.

Tentunya hal-hal yang dilakukan oleh teman kita akan berpengaruh juga kepada kita. Hal ini dapat diisyaratkan seperti pepatah “Bergaul dengan penjual minyak wangi maka kita akan mendapatkan harumnya, sedangkan bergaul dengan pandai besi maka kita akan mendapatkan percikan apinya”. Misalnya saja seperti yang dicontohkan oleh Mohammad Hatta. Beliau mengeluarkan konsep koperasi karena terinspirasi dari berbagai kegiatan yang telah dilakukannya bersama teman-teman di bangku kuliahnya. (Baca juga : Tujuan Organisasi Sekolah)

Media massa menjadi agen kedua terpenting setelah keluarga dan peer group. Media massa disini bisa berupa media cetak seperti surat kabar dan majalah maupun media elektronik seperti televisi, radio, dan internet. Hal ini dikarenakan berbagai hal yang ditampilkan di media massa menyita perhatian suatu individu meskipun sifatnya yang kadang berlebihan.

Tidak perlu diragukan lagi kemampuan media massa dalam mempengaruhi suatu individu. Banyak berita yang menyebutkan tindak kriminalistas atau sejenisnya akibat keseringan seseorang menonton televisi. Karena banyaknya publik yang tertarik dengan media massa, maka banyak partai politik beserta tokoh-tokohnya melakukan pencitraan melalui media massa. (Baca juga : Perkembangan Pers di Indonesia)

Pemerintah merupakan agen yang memiliki kepentingan langsung terhadap adanya sosialisasi politik. Sosialisasi politik oleh pemerintah bertujuan untuk mempertahankan stabilitas sistem politik negara. Stabilitas ini diperoleh dengan memberi pengetahuan kepada generasi penerus bangsa terkait sistem politik negara, lagu kebangsaan, dasar negara, landasan hukum, dan sebagainya melalui pelajaran yang diajarkan di sekolah.

Tidak hanya melalui pelajaran saja tetapi pemerintah mengajak langsung untuk melaksanakan berbagai kegiatan guna menumbuhkan rasa pengertian patriotismepemuda dan pemudi bangsa seperti mengadakan upacara bendera setiap hari senin atau peringatan kemerdekaan bangsa melalui parade seni. Tindakan pemerintah yang demikian dapat mempengaruhi pandangan politik suatu individu. (Baca juga: Contoh Sikap Patriotisme)

Berkontak langsung dengan partai politik membuat suatu individu mengetahui berbagai kegiatan politik yang ada di negaranya termasuk tokoh-tokoh pemimpin baru maupun kebijakan-kebijakan yang ada. Biasanya partai politik membawa misi spesifik dan menjunjung nilai-nilai tertentu seperti nilai agama, kebudayaan, keadilan, dan sebagainya. Selain itu, beberapa politik juga mengusung berbagai program untuk mendapatkan simpatik rakyat. Hal ini dapat mempengaruhi pemikiran seseorang terhadap partai politik tertentu. Oleh karena itu, dengan berkontak langsung dengan partai politik dapat mempengaruhi karakter politik seseorang. (Baca juga : Fungsi Partai Politik)

Mekanisme dan Proses Sosialisasi Politik

Setelah memahami siapa saja agen sosialisasi politik maka diperlukan pula pengetahuan bagaimana mekanisme dan proses terjadinya sosialisasi politik. Berdasarkan pendapat Rush dan Althoff, terdapat 3 (tiga) cara dalam melakukan sosialisasi politik yang meliputi:

Seperti namanya, imitasi berarti adalah tiruan. Makna tiruan yang dimaksud disini adalah seseorang yang meniru tingkah laku individu lainnya. Imitasi dikenal sebagai proses sosialisasi politik utama atau primer. Hal ini dikarenakan proses meniru diawali di lingkungan keluarga dimana terjadi pembentukan identitas seorang anak menjadi pribadi tertentu karena meniru orang-orang di sekitarnya seperti orangtua. Proses peniruan ini dapat mempengaruhi karakter kepemimpinan seseorang. Misalnya saja seperti kepemimpinan Gus Dur yang cenderung bercorak Islam moderat karena basic-nya yang berada di lingkungan organisasi NU (Nahdatul Ulama). (Baca juga : Peran Keluarga dalam Pembentukan Kepribadian)

Instruksi berarti perintah atau petunjuk. Dengan demikian, seorang individu diperintah atau diberi petunjuk oleh seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan jabatannya. Proses sosialisasi politik seperti ini biasanya berada dalam organisasi yang tertruktur rapi seperti halnya di lingkungan militer, tujuan organisasi sekolah, negara, naupun partai politik. Instruksi diberikan oleh seseorang yang jabatannya lebih tinggi kepada bawahannya. Pemberian instruksi dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Dengan adanya pemberian instruksi menjadikan setiap agen atau obyek sosialisasi politik memiliki kejelasan terkait tugas, fungsi, dan wewenangnya.

Artikel terkait :

Salah satu langkah yang dapat dilakukan dalam sosialisasi politik adalah melalui motivasi. Motivasi diberikan kepada seseorang dengan berbagi pengalaman yang dimiliki. Agen yang dapat melakukan motivasi biasanya adalah mereka-meraka yang memiliki derajat kepercayaan lebih tinggi terhadap seseorang atau kelompok. Selain itu, para agen juga memiliki keahlian dan kompetensi sebagai motivator seperti orator, konselor, konsultan, maupun kompetensi lain yang sejenis.

Selain 3 (tiga) cara sosialisasi politik seperti yang diungkapkan Rush dan Althoff di atas, terdapat cara-cara lain untuk melakukan sosialisasi politik seperti desiminasi dan penataran. Adapaun penjelasan dari kedua cara tersebut seperti diuraikan di bawah ini :

Desiminasi dalam berpolitik biasanya dilakukan oleh anggota legislatif atau birokrasi. Tindakan ini dilakukan guna menyebarluaskan informasi yang berhubungan dengan agenda politik. Salah satu tindakan desiminasi oleh anggota legislatif adalah pendesiminasian UUD (Undang-Undang Dasar) 1945 yang telah diamandemen ke suluruh penjuru Indonesia. Adapun contoh desiminasi oleh aparat birokrasi dapat ditunjukkan saat pemilihan legislatif, presiden atau pemerintah daerah seperti pengadaan seminar atau penyebaran leefletd dan balilo melalui berbagai media. (Baca juga : Sejarah UUD)

Istilah penataran dipopulerkan sejak pemerintahan orde baru yang biasa disebut dengan P4 yakni “Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila”. Dengan demikian, sosialisasi politik jenis ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai, pengetahuan, kepercayaan, dan sikap seseorang yang sesuai dengan Pancasila. Harapannya, nilai-nilai Pancasila ini dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-harinya. Permasalahan utama yang dirasakan oleh seorang penatar adalah rujukan agen atau tokoh yang telah menerapkan nilai-nilai tersebut.

Artikel terkait :

Isi Sosialisasi Politik

Terdapat 4 (empat) hal yang disampaikan oleh agen sosialisasi politik kepada seseorang atau kelompok di masyarakat, meliputi:

1. Informasi Politik– Informasi politik merupakan isi dari sosialisasi politik yang memberikan penjelasan terkait peristiwa politik yang pernah terjadi meliputi asal usul, tokoh-tokoh, dan akibatnya. (Baca juga: Politik Luar Negeri Indonesia)
2. Keyakinan dan Kepercayaan Politik– Agen sosialisasi memberikan keyakinan dan kepercayaan politik kepada individu atau kelompok lain dengan penuh semangat. Terkadang cenderung memaksakan kehendak, cita-cita, dan ideologi politik yang dimilikinya. (Baca juga : Perbedaan Ideologi Terbuka dan Tertutup)
3. Pengetahuan Politik– Pengetahuan politik ini erat kaitannya dengan fenomena politik. Pengetahuan politik dapat diberikan dalam bentuk kurikulum pendidikan. Tidak hanya mahasiswa yang mengambil jurusan politik, bahkan anak SD pun sudah dikenalkan tentang pengetahuan politik melalui pelajaran PPKN. (Baca juga : Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan)
4. Provokasi atau Propaganda Politik–Tindakan seperti provokasi dan propaganda politik sebenarnya adalah sebuah penyelewengan atau penyalahgunaan etika politik. Biasanya politik seperti ini cenderung memutarbalikkan fakta demi keuntungan sang provokator. Hal seperti ini membuat banyak masyarakat berpikir betapa buruknya politik dan enggan untuk berhubungan dengan masalah apapun yang terkait dengan politik. (Baca juga : Perbedaan Etika dan Etiket)

Berdasarkan ulasan di atas kita dapat memahami lebih mendalam pengertian sosialisasi dalam politik, agen sosialisasi politik, isi dari sosialisasi politik, maupun mekanisme dan proses dalam sosialisasi politik. Semoga berbagai penjelasan di atas dapat bermanfaat untuk anda. Selain itu, semoga kita senantiasa menjadi warga negara yang elit dalam politik dan menjadi agen politik yang memberi pengaruh positif bagi lingkungan sekitar bukannya menjadi sang provokator.