Blog

Menelusuri Sejarah Dan Keunikan Masjid Jami Kajen Yang Lekat Ajaran Syekh Ahmad Mutamakkin

Harianmuria.com – Kabupaten Pati merupakan salah satu wilayah yang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran agama Islam. Para tokoh ulama sering kali menggunakan masjid sebagai tempat untuk berdakwah. Seperti yang ada di desa kajen, kecamatan Margoyoso, kabupaten Pati, terdapat sebuah masjid tua berusia lebih dari 300 tahun sekaligus sebagai peninggalan dari Syekh Ahmad Mutamakkin. Sayangnya, tahun berdirinya masjid ini tidak diketahui secara pasti. Masjid Jami’ Kajen memiliki arsitektur bercorak Jawa dengan model kubah tumbang sari layaknya Masjid Agung Demak. Meskipun mengalami tiga kali pemugaran, tapi keaslian dari masjid ini tetap dijaga. Masjid ini dulunya berbentuk persegi. Namun setelah direnovasi, masjid ini ditambah sayap (serambi masjid) sehingga bertambah lebar. Sedangkan pada dinding bagian depan dan dalam bangunan, didominasi kayu jati yang diyakini berusia ratusan tahun. Meskipun demikian sampai saat ini kondisi kayu masih terlihat cukup kuat. Sementara lantai masjid ini menggunakan tegel yang sederhana, sehingga menambah nuansa kuno. Terdapat beberapa peninggalan yang berada di masjid Jami’ Kajen ini dan masih terawat hingga sekarang. Mimbar Masjid Mimbar ini terbuat dari kayu jati dengan pahatan dan oranmen yang begitu rapi serta memiliki nilai seni tinggi. Masyarakat Kajen meyakini bahwa mimbar tersebut merupakan hasil karya dari Mbah Mutamakkin. Ornamen simbolik dalam masjid kajen menurut para ahli sejarah memiliki pesan wasiat dari Syekh Ahmad Mutamakkin kepada penerus perjuangan dakwahnya. Ornamen kuntul mucuk bulan yang terukir di mimbar masjid gambar dua burung bangau atau kuntul sedang mematuk bulan sabit. Kuntul diibaratkan orang yang sedang menuntut ilmu dan bulan lambang kejayaan, cahaya ilmu yang menerangi gelapnya kebodohan. Simbol naga memiliki makna sufistik dari keteguhan menahan diri dari rasa lapar berupa puasa, tirakat fisik maupun psikis. Dengan tirakat para pelajar dengan mudah memahami ilmu yang dipelajari. Masyarakat setempat meyakini bahwa dua kepala ular naga tersebut milik Aji Saka (tokoh legenda sejarah masuknya Islam di Tanah Jawa yang dianggap juga peletak penaggalan tahun saka). Ada sebuah rumor mengatakan, barangsiapa yang sengaja menyentuh mimbar itu dengan tujuan tidak baik, orang tersebut akan geblak atau langsung seketika terjatuh tidak tertolong. Hal ini dikarenakan, Mbah Mutamakkin juga dipercaya memiliki santri jin atau ghaib yang menjaga peninggalan sang guru. Di bagian samping mimbar ada gambar simbol gajah berlambang sebuah kekuatan atau dorongan nafsu manusia. Trisula yang digenggam gajah adalah senjata untuk melawan nafsu tersebut. Ornamen sulur bunga teratai yang mekar diujungnya adalah doa untuk para penerus perjuangan Syekh Ahmad Mutamakkin untuk hidup mulia dan khusnul khotimah. Pesan-pesan dan makna simbolik tersebut bertujuan agar manusia tersebut mencapai predikat insan kamil. Adapun pada papan bersurat yang berada di samping mimbar, berisi wasiat dan ajaran-ajaran tarikat Syekh Mutamakkin. Soko Guru Soko guru merupakan empat tiang penyangga atau biasa di sebut soko guru ini mempunyai arti “hati”. Dua Tiang Penyangga Masjid Dua tiang penyangga ini terletak di paling depan atau biasa di sebut Soko Nganten. Berdasarkan penuturan sesepuh Kajen Mbah Toyib yang juga penjaga masjid, bahwa Soko Nganten itu salah satu bangunan yang masih asli dari pendirinya Mbah Mutamakkin. Sebenarnya, Soko Nganten itu ada jumlahnya ada empat. Namun dua Soko Nganten ditaruh (ditempelkan) di bawah mimbar. Sumur Letak sumur ini berada di selatan masjid. Saat perenovasian masjid, sumur ini sempat sementara ditutup. Masyarakat meyakini bahwa air yang ada di sumur ini dapat dijadikan obat untuk menyembuhkan penyakit. Kaligrafi Selain dari bangunan yang megah dan masih terasa nuansa kuno, di masjid Jami’ Kajen juga ada kaligrafi yang indah. Kaligrafi yang terletak di langit-langit masjid ini memiliki nilai filosofi dan sufistik seni tinggi. Sebagaimana sang guru, Syekh Ahmad Mutamakkin yang merupakan guru tarikat. Itulah sejarah singkat pendirian masjid Jami’ Kajen yang menyimpan banyak filosofi dan ajaran dari sang guru, yakni Syekh Ahmad Mutamakkin. (Kontributor Uin – Harianmuria.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *