Blog

Puisi Pengertian CiriCiri Jenis Dan Contoh

Puisi Adalah – Salah satu karya sastra yang cukup sering kita nikmati adalah puisi. Barisan kata yang dirangkai menjadi kalimat-kalimat puitis ini memang menarik untuk disimak.

Tapi, apakah semua jenis rangkaian kata bisa disebut puisi? Atau ada syarat lainnya? Apa pengertian puisi itu sendiri?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi, kita akan membahas seluk beluk dan ciri-ciri puisi, jenis-jenis, dan unsur pembangunnya. Langsung saja yuk, kita mulai pembahasannya.

Pengertian Puisi
Menurut KBBI, definisi dari puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Karya sastra satu ini sangat pas digunakan untuk menggambarkan keresahan, kritik, imajinasi, pengalaman, dan perasaan dari penulisnya.

Dalam penulisannya, secara umum puisi biasanya menggunakan gaya bahasa metafora dan disusun dengan padanan kata yang padat dan sarat makna.

Ada beberapa pendapat yang berbeda tentang pengertian puisi menurut para ahli. Meski begitu, pendapat dari para pakar tersebut tidak banyak memiliki perbedaan yang berarti, malahan saling melengkapi. Berikut adalah contoh beberapa diantaranya :

Sumardi
Pengertian puisi menurut Sumardi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan kata-kata bermakna kiasan (imajinatif).

Dalam puisi, kita bisa menemukan keselarasan dalam baris kata yang satu dengan yang lainnya. Permainan kata dalam puisi bukan cuma mengedepankan keindahan kalimat, tapi juga menyampaikan suatu pesan dan perasaan dengan cara yang elegan.

Rahmat Joko Pradopo
Dalam pandangan Rahmat Joko Pradopo, pengertian puisi adalah ekspresi pemikiran yang membangkitkan perasaan dan mampu membangkitkan imajinasi panca indera dalam suasana yang berirama.

Dalam membaca suatu karya puisi, kita pasti menyadari bahwa ada perasaan yang ikut terhanyut suasana yang dibangunnya, walaupun karya sastra satu ini tidak sepanjang cerpen atau novel. Inilah salah satu kelebihan puisi dibanding karya tulis lainnya.

Ralph Waldo Emerson
Salah satu definisi puisi yang paling simpel namun sangat tepat adalah berdasarkan pendapat Ralph Waldo Emerson. Menurutnya, pengertian puisi adalah tulisan yang mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.

Sekarang ini banyak kita temukan puisi yang hanya terdiri dari satu bait pendek saja, namun pesan yang disampaikan tetap bisa sampai dengan sangat mengena di hati.

Baha Zein
Menurut Baha Zein, puisi tidak berbicara segalanya dan tidak kepada semua. Ia adalah pengucapan suatu fragmen pengalaman dari suatu keseluruhan seorang seniman.

Memang, tidak semua puisi bisa dipahami dan dinikmati secara universal. Ada puisi yang memang dianggap relevan dengan kehidupan seseorang, namun tidak dengan kehidupan individu yang lainnya.

Putu Arya Tirtawirya
Menurut Putu Arya Tirtawirya, pengertian puisi adalah suatu ekspresi yang secara implisit dan samar, di mana kata-kata condong terhadap makna konotatif.

Puisi dianggap memiliki makna yang tersirat dan tidak langsung bisa kita temukan maknanya dari kumpulan kata yang dituliskan. Kebanyakan pujangga lama memiliki gaya penulisan puisi yang demikian.

Riffaterre
Pengertian puisi dalam pandangan Riffaterre sangat berbeda dari pendapat menurut ahli lainnya. Dalam pahamnya, puisi selalu berubah-ubah sesuai evolusi selera dan perubahan konsepsi estetiknya.

Pernyataan ini sangat tepat, mengingat puisi merupakan karya sastra yang ditulis oleh penyair yang hidup pada zaman yang terus maju. Dengan adanya perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang, cara seorang penulis membuat karya sastra pasti juga berkembang mengikuti masanya.

Unsur-Unsur Puisi
Untuk bisa membedakan antara puisi dengan jenis karya sastra lainnya, berikut ini adalah beberapa unsur yang bisa kamu temukan dalam struktur suatu puisi :

Unsur fisik puisi
Unsur fisik puisi merupakan sarana yang digunakan penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi dan bisa diamati dengan membacanya. Secara umum, terdapat 6 unsur fisik puisi, yaitu diksi, imaji, kata konkret, majas, rima, dan tipografi.

Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan oleh penyair untuk dapat menciptakan suasana yang diinginkannya. Pemilihan kata yang tepat tentunya akan membuat efek estetika yang sangat krusial dalam membuat puisi.

Diksi sangat diperhatikan oleh seorang penyair mengingat karya puisi merupakan bentuk sastra yang cukup pendek, sehingga penyair butuh memilih padanan kata yang pas untuk menyampaikan maksudnya secara singkat.

Imaji disebut juga sebagai citraan, unsur puisi yang melibatkan penggunaan indra pada manusia. Melalui imaji, penikmat puisi diharapkan dapat meraba, mencium, mendengar, mengecap, dan melihat melalui imajinasinya terhadap apa yang digambarkan dalam puisi.

Secara khusus, imaji yang paling banyak dilibatkan dalam puisi terdiri dari imaji pendengaran (auditif), penglihatan (visual), dan sentuhan (taktil).

Kata konkret merupakan susunan kata yang digunakan untuk menciptakan imaji. Kata konkret biasanya bersifat imajinatif, berupa kiasan dan lambang yang tidak secara terang-terangan menggambarkan hal yang dimaksud.

Sebagai contoh, untuk menggambarkan matahari, penyair dapat menggunakan kiasan “raja langit”.

Majas merupakan gaya bahasa yang digunakan dalam karya tulis yang mengandung makna konotasi sehingga pembaca diajak mencari makna tersembunyi dibalik kata-kata yang menyusun tulisan tersebut.

Beberapa contoh majas yang dikenal dan sering ditemukan dalam prosa diantaranya retorika, metafora, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, repetisi, antitesis, satire, dan paradoks.

Rima merupakan persamaan bunyi dalam suatu prosa, khususnya puisi dan pantun. Biasanya, letak persamaan penyebutan bunyi ditemukan di akhir tiap kalimat.

Rima sendiri dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu onomatope, pengulangan kata, dan bentuk intern pola bunyi. Onomatope sendiri adalah tiruan bunyi suatu objek, misalnya “srek srek” untuk bunyi langkah kaki.

Berbeda dengan unsur fisik lainnya dalam puisi, tipografi sama sekali tidak berhubungan dengan kata-kata. Disebut juga sebagai perwajahan, tipografi merupakan bentuk format pada puisi.

Pengaturan baris, batas tepi kiri kanan atas bawah, dan jenis huruf yang digunakan merupakan contoh bagian yang termasuk dalam tipografi. Walaupun terlihat tidak penting, komponen-komponen tersebut tentunya juga mempengaruhi estetika tampilan puisi.

Unsur batin puisi
Unsur batin dalam puisi berkaitan dengan makna yang tidak kasat mata dan hanya bisa ditangkap oleh pembaca dari hasil pengamatannya. Yang termasuk kedalam unsur batin antara lain tema (sense), rasa (feeling), nada (tone), dan amanat (intention).

Tema merupakan garis besar atau landasan tentang pokok bahasan yang ingin dibawakan dalam puisi.

Tema yang diangkat dalam suatu puisi sangatlah bebas dan luas, misalnya kepahlawanan, cinta, keluarga, dan lain sebagainya. Tidak ada pakem yang mengatur tentang pemilihan tema dalam suatu puisi.

Rasa merupakan sikap penyair yang tertuang dalam puisi dalam membahas suatu masalah yang menjadi topik tulisannya. Rasa sangat berkaitan erat dengan latar belakang yang dimiliki oleh si penyair.

Hal-hal yang bisa melatarbelakangi rasa yang dimiliki seorang penyair antara lain pendidikan, kelas sosial, jenis kelamin, pengalaman, suku, agama, maupun rasa.

Nada merupakan cara penyair menyampaikan makna dan rasa dari puisinya. Nada berhubungan erat dengan penekanan intonasi, tanda baca, dan sikap yang tersirat dalam bentuk bahasa yang diterapkan dalam tulisan.

Dari nada, kita bisa mengetahui bagaimana sikap penyair terhadap audience-nya, apakah menggurui, mendikte, atau mungkin bercerita.

Amanat adalah pesan yang terkandung dalam suatu puisi. Amanat bisa kamu temukan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam karya penyair.

Ciri-Ciri Puisi
Setiap karya sastra tentunya memiliki ciri-ciri tertentu. Puisi juga tentunya memiliki ciri-ciri khusu. Seperti yang kita ketahui, ada dua macam puisi, yakni puisi lama dan puisi baru.

Ada juga jenis puisi baru yang dikenal masyarakat sebagai puisi kontemporer. Berikut ini adalah ciri dari masing-masing jenis puisi :

Ciri-ciri puisi lama
Ada 3 ciri utama puisi lama, yaitu anonim, terikat aturan, dan memiliki gaya bahasa yang tetap.

Kebanyakan puisi lama tidak dikenal siapa penulisnya. Hal ini dimungkinan karena pusi lama biasanya merupakan sastra lisan yang disampaikan dari mulut ke mulut, sehingga tidak diketahui pasti darimana puisi tersebut berasal.

Ada begitu banyak aturan yang harus dipatuhi dalam suatu puisi lama. Aturan tersebut meliputi jumlah baris, suku kata, rima, bait, dan lainnya. Intinya, puisi lama tetap memiliki standar yang bersifat mengikat walaupun temanya bebas.

Gaya bahasa yang digunakan dalam puisi lama kebanyakan bersifat klise dengan majas yang tetap. Isinya pun terkesan fantastis dan merujuk pada istanasentris.

Ciri-ciri puisi baru
Puisi baru juga memiliki ciri tertentu yang membedakannya dari puisi lama, antara lain :

Karena biasa didokumentasikan secara tertulis, pengarang puisi baru lebih mudah dikenali karena adanya informasi langsung dari penyairnya.

Terdapat kebebasan yang lebih banyak bagi penyair puisi baru. Mereka tidak harus lagi membatasi imajinasi dan permainan kata karena adanya aturan rima, baris, ataupun bait.

Kebanyakan puisi baru mengambil tema yang dekat dengan kehidupan penyair sendiri. Hal inilah yang membuat puisi baru tidak berkesan klise dan lebih relevan dengan pembacanya.

Ciri-ciri puisi kontemporer
Puisi kontemporer disebut juga puisi masa kini. Dibandingkan dengan puisi lama dan baru, puisi kontemporer lebih bebas dan tidak terikat aturan apapun. Berikut adalah ciri-cirinya secara khusus :

* Menolak kata sebagai media

Berbeda dengan 2 jenis puisi sebelumnya, puisi kontemporer tidak bergantung pada kata dan kalimat untuk menyampaikan pesannya. Penggunaan bahasa yang minimal banyak ditemukan pada puisi jenis ini.

* Menggunakan berbagai bahasa

Kebebasan berekspresi dalam puisi kontemporer memang tanpa batas. Dalam padanan kata yang digunakan pun, penyair bebas memadukan berbagai bahasa di dalamnya.

Menulis puisi dalam bahasa Inggris dan disatukan dengan dialek lokal dalam bahasa Sunda misalnya, bebas kamu lakukan dalam menulis puisi secara kontemporer. Tidak pernah ada larangan baku dalam penggunaan bahasa pada puisi satu ini.

Pengulangan kata, frasa, ataupun kalimat bebas dilakukan dalam puisi kontemporer. Hal yang dianggap tidak wajar dalam puisi konvensional bisa dimaklumi dalam penulisan puisi kontemporer.

Jenis-Jenis Puisi
Secara umum, puisi dibagi kedalam 3 kelompok besar yaitu puisi lama, puisi baru, dan puisi kontemporer. Setiap kelompok memiliki beberapa jenis puisi di dalamnya. Berikut penjelasan singkat tentang tiap kelompok puisi dan jenisnya masing-masing.

Puisi lama
Puisi lama muncul sebelum abad ke-20. Para pujangga yang menciptakannya terikat dengan aturan rima, baris, bait dan lainnya, sehingga karya sastra satu ini disebut juga puisi terikat. Yang dapat dikategorikan sebagai puisi lama antara lain :

Syair merupakan puisi empat baris dengan sajak berakhiran sama (aa-aa). dalam satu baris biasanya terdiri dari 8 sampai 12 suku kata, dan seluruh barisannya merupakan isi puisi.

Pantun merupakan bentuk puisi yang terdiri dari 4 larik, dengan rima akhir ab-ab. dalam pantun, 2 larik pertama disebut sebagai sampiran, dan 2 larik selanjutnya merupakan isi atau pesan utama.

Karmina sering juga disebut sebagai pantun kilat karena kemiripannya dengan pantun, hanya lebih pendek. Bila pantun terdiri dari 4 baris, karmina hanya terdiri dari 2 baris. Baris pertama sampiran, baris kedua adalah isi.

Gurindam merupakan puisi yang terdiri dari 2 baris. Sajak dalam gurindam berima aa-aa, dan kebanyakan berupa nasihat yang relevan dengan kehidupan. Tidak ada sampiran dalam gurindam.

Puisi lama seloka merupakan bentuk pantun Melayu klasik yang berisi pepatah dengan unsur sindiran ataupun senda gurau. Kebanyakan seloka terdiri dari 4 baris, walaupun ada juga yang lebih.

Berkebalikan dengan karmina, talibun merupakan bentuk pantun yang lebih panjang karena terdiri dari 6-10 baris. Jumlah baris dalam talibun haruslah angka genap, itulah alasan kenapa jenis puisi satu ini disebut juga pantun genap.

Jika terdiri dari 6 baris, sajak talibun adalah abc-abc, sementara bila 8 baris, sajaknya menjadi abcd-abcd.

Puisi baru
Puisi baru memiliki aturan yang lebih bebas dibandingkan puisi lama. Jenis puisi ini muncul dibawah pengaruh gaya bahasa Eropa. Beberapa contoh puisi baru antara lain balada, ode, himne, romansa, epigram, satire, dan elegi.

Balada merupakan puisi baru dalam bentuk kisah atau cerita. Terdiri dari 3 bait yang setiap bait berisi 8 baris. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refrain dalam bait-bait berikutnya.

Ode merupakan lirik dengan metrum (irama dan tekanan suku kata) yang ketat, dengan sifat menyanjung terhadap suatu pribadi mau peristiwa umum. Bahasa yang digunakan dalam ode terbilang lebih resmi dan anggun dibanding puisi lainnya.

Disebut juga sebagai gita puja, himne merupakan sejenis nyanyian pujian yang didedikasikan sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan, pahlawan, tanah air, ataupun suatu lembaga pendidikan. Himne biasanya memiliki irama yang lambat untuk membangun kesan syahdu.

Romansa adalah jenis cerita yang mengandung unsur romantis dan luapan perasaan cinta kasih. Karena sifatnya yang penuh dengan pesan cinta, bahasa yang digunakan dalam romansa biasanya dipilih dengan seksama agar suasana romantisme bisa dirasakan pembacanya.

Salah satu penulis romansa yang terkenal adalah William Shakespeare, sang maestro kisah cinta yang mendunia.

Puisi dengan pesan tentang ajaran hidup merupakan definisi dari epigram. Dalam penyampaian pesannya, epigram memiliki kesan didaktik, yaitu menyampaikan pedoman dan teladan dengan cara yang menggurui.

Gaya bahasa sindiran atau kritik merupakan ciri khas puisi satire. Dalam menyampaikan kritiknya, satire biasanya menggunakan majas ironi, sarkasme, dan kadang dibawakan secara parodi.

Kecaman tajam dalam satire banyak digunakan sebagai bentuk protes penyair terhadap satu pihak atau golongan. Sebagai contoh, W.S. Rendra merupakan salah satu pujangga yang membuat karya sastra dalam bentuk satire untuk mengecam tindak tanduk pemerintah.

Elegi merupakan sajak atau lagu yang digubah untuk menyampaikan rasa duka, keluh kesah, dan kesedihan penyair dalam menghadapi kehilangan dan perpisahan terutama karena kematian.

Puisi kontemporer
Jenis puisi yang termasuk kontemporer pastinya sangat berbeda dibandingkan kelompok puisi lama dan baru. Beberapa diantaranya adalah :

Dalam bahasa Jawa, “mbeling” memiliki arti nakal dan sulit diatur. Puisi dengan unsur humor atau kelakar merupakan ciri utama puisi mbeling. Puisi jenis ini banyak digunakan untuk kritik sosial dan tidak memiliki batasan ataupun aturan tentang pemilihan kata yang digunakan.

Mantra merupakan puisi yang berisi kekuatan magis. Mantra memiliki sifat esoferik, yaitu hanya dapat dimengerti oleh kalangan tertentu dan mengandung unsur yang misterius. Dalam mantra, majas metafora acap kali digunakan.

Puisi mini kata merupakan jenis puisi kontemporer yang menggunakan sedikit kata-kata, dan kadang dilengkapi dengan simbol-simbol untuk melengkapinya.

Puisi multilingual merupakan puisi yang menggabungkan beberapa bahasa dalam penulisannya, baik bahasa asing maupun bahasa daerah.

Jenis puisi satu ini sangat unik, dimana wujud fisik puisi sangat penting dan dianggap punya kemampuan untuk menggambarkan makna puisi. Tipografi bisa dibedakan dengan puisi lain karena bentuk susunan katanya dibuat dengan pola tertentu, bukan sekedar berupa barisan kata.

Contoh Puisi
Penjabaran pengertian puisi dan komponennya tentu belum lengkap kalau tidak dipaparkan beserta contohnya. Berikut ini adalah beberapa contoh puisi kontemporer, puisi baru dan puisi lama untuk kamu simak.

1. Pantun
Kalau ada sumur di lading
Bolehlah kita menumpang mandi
Kalau ada umur yang panjang
Bolehlah kita berjumpa lagi

2. Karmina
Ikan kakap makan kepompong
Banyak cakap suka bohong

3. Gurindam
Jika belajar bersungguh-sungguh
Keberhasilan akan kau rengkuh

4. Seloka
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan,
Dimana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan,
Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan,
Ibu mati bapak berjalan,
Kemana untung diserahkan.

5. Ode
Generasi Sekarang (Karya: Asmara Hadi)
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia

6. Epigram
Pagi (Karya: Chairil Anwar)
jangan biarkan sekuntum bunga itu
layu sebelum matahari membelainya
dengan menggemakan semburat jingga
ultra dalam irama nuansa cinta-semesta
lihatlah bagaimana alam begitu perkasa
memainkan peran-Nya
dalam rindu-dendam yang terbungkus
kasih sayang memberi semburat
makna seribu pesona

7. Satire
Kepada Para Pemulung Desaku ( Karya : Malik Abdul)
Desaku terpencil di sudut sungai yang sepi
Masyarakat hidup pas-pasan tetapi penuh gaya
Seakan tak mau kalah dengan kemajuan kota
Mereka tak tahu apa itu halal
Mereka tak tahu apa itu haram
Sambil menyelam minum air
Sambil memulung mereka mencuri
Sambil mencuri mereka menari
Sambil menari mereka mengotori diri
Tiada satu pun cita-cita yang mulia diantara mereka
Karena mereka tiada mengenalnya
Ajaran agama pun tidak mereka anggap benar
Lantas siapakah yang harus berbenah
Para kiyai kah?
Atau mereka?

8. Mbeling
Menyingkat Kata (Karya : Remy Silado)
Karena
kita orang Indonesia
suka
menyingkat kata wr. wb.
Maka
rahmat dan berkah Ilahi
pun
menjadi singkat
dan tak utuh buat kita.

9. Tipografi
Doa Perahu (Karya : Ismed Natsir)
tuhanku
beritahu
kini
ke manakah
harus
kupergi
ke muara
menyongsong
laut
biru
ataukah
melawan
arus
menuju
hulu

Demikianlah pembahasan tentang pengertian puisi menurut para ahli, ciri-ciri, dan contohnya. Walaupun terbatas, harapan kami informasi yang disampaikan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menambah wawasan seputar karya sastra satu ini. Semoga bermanfaat ya!