Blog

Peningkatan Hasil Belajar Melalui Metode Problem Based Learning

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAKET PROGRAM

PENGOLAH ANGKA/SPREADSHEET MELALUI METODE

PROBLEM BASED LEARNING BAGI SISWA KELAS X AKL

SMK NEGERI 6 SUKOHARJO 3

PADA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Sudarno

SMK Negeri 6 Sukoharjo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) kualitas proses pembelajaran Paket Program Pengolah Angka/Spreadsheet Melalui Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas X AKL 3 Semester 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2019/2020 (2) hasil belajar Paket Program Pengolah Angka/Spreadsheet Melalui Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas X AKL 3 Semester 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2019/2020. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dimana tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X AKL 3 Semester 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 36 siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, dan analisis data. Validitas data menggunakan metode triangulasi. Analisis data menggunakan teknik deskripsi komparatif dan analisis kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas dalam proses pembelajaran dan menimbulkan rasa ingin tahu siswa yang berakibat pada meningkatnya hasil belajar Paket Program Pengolah Angka/Spreadsheet materi standar operasional prosedur dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 74,5 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, menjadi 86,94 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 50% pada akhir tindakan Siklus I, meningkat menjadi 86,11% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar Paket Program Pengolah Angka/Spreadsheet materi standar operasional prosedur pada siswa kelas X AKL 3 Semester 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2019/2020.

Kata Kunci: Hasil belajar; Paket Program Pengolah Angka/Spreadsheet; Problem Based Learning.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, oleh karena itu dalam model pembelajaran yang diterapkan oleh guru telah diatur dalam undang-undang. Penerapan model pembelajaran haruslah sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan harus sesuai dengan karakteristik materi yang dipelajari. Rusman (2013: 229) menyatakan bahwa, guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya, salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkanya keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi dan koneksi) dalam memecahkan masalah adalah pembelajaran berbasis masalah. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah, yaitu sebagai berikut:

Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran) dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan atau penelitian (Discovery/Inquiry Learning). Untuk mendorong kemampuan siswa untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (Project Based Learning).

Margetson dalam Rusman (2013: 230) mengemukakan bahwa, model pembelajaran Problem Based Learning membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Kurikulum PBM memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan yang lain. Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk dapat terlibat aktif berpartisipasi secara langsung dalam kegiatan pembelajaran, dengan terlibat secara langsung, maka siswa akan mudah memaham materi yang dipelajarinya.

Peran guru dalam model pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai pembimbing dan fasilitator, sehingga siswa belajar berpikir dan memecahkan masalah mereka secara mandiri. Hamalik (2009: 171) menyatakan bahwa: “pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri”. Model Problem Based learning merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis dan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya dilihat dari nilai yang diperoleh siswa, tetapi juga pada proses belajarnya. Hasil belajar berawal dari proses belajar, karena dengan proses belajar yang baik, hasi belajar akan baik pula.

Pelaksanaan pembelajaran dalam kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach), dan diterapkan untuk semua model pembelajaran, baik model Problem Based Learning, Discovery Learning, maupun Project Based Learning. Pendekatan saintifik menyentuh tiga ranah pembelajaran, yaitu: sikap, pengetahuan dan keterampilan (Permendikbud, 81A: 2013). Langkah-langkah dalam pendekatan saintifik meliputi berbagai aktivitas belajar, yaitu: mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), mengolah (associating) dan mengkomunikasikan (communicating).

Aktivitas belajar merupakan komponen penting dalam kegiatan pembelajaran, karena tanpa adanya aktivitas tidak akan terjadi proses belajar. Belajar merupakan suatu proses perubahaan tingkah laku yang terjadi pada seseorang. Belajar dapat diperoleh baik melalui kegiatan interaksi maupun pengalaman. Slameto (2010: 2) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Pendapat lain tentang belajar juga diungkapkan oleh Zackerman dalam Warsono dan Harianto (2012: 4), yang menyatakan bahwa “belajar akan diperoleh melalui pengalaman (learning from experience), melalui pembelajaran aktif (active learning) dan dengan cara melakukan interaksi dengan bahan ajar maupun dengan orang lain (interacting with learning materials and with people)”.

Hasil belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam pembelajaran, yaitu meliputi: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar merupakan tujuan utama dalam pembelajaran, oleh karena itu keberhasilan siswa dalam pembelajaran tidak hanya diukur berdasarkan nilai. Proses pembelajaran juga menjadi salah satu indikator keberhasilan pembelajaran, untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menempuh mata pelajaran korespondensi adalah dengan melakukan evaluasi. Evaluasi adalah “penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program” (Syah, 2007). Alat ukur evaluasi hasil belajar dapat menggunakan metode tes, yang berupa soal maupun metode non tes, yaitu menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa.

Sekolah Menengah Kejuruan atau yang dikenal dengan SMK merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP/MTs (PP No. 17 Tahun 2010). Salah satu kelompok bidang keahlian SMK adalah Akuntansi Dan Keuangan Lembaga. Lulusan program keahlian Akuntansi Dan Keuangan Lembaga diharapkan mempunyai keterampilan dalam bidang yang diminatinya, yaitu bidang aplikasi program pengolah angka (Spreadsheet).

SMK Negeri 6 Sukoharjo merupakan sekolah menengah kejuruan dengan beberapa program keahlian, salah satu konsentrasi program keahlian yang ada di SMK Negeri 6 Sukoharjo adalah bidang keahlian Akuntansi. Lulusan SMK diharapkan mempunyai keterampilan sesuai bidangnya, sebagai bekal bagi siswa untuk siap bekerja sesuai bidang keahlian yang dimilikinya yaitu bidang akuntansi, selain itu bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada kompetensi dasar program pengolah angka (Spreadsheet) kelas X AKL 3 berdasarkan pada karakteristik materi yang dipelajari dan kompetensi yang akan dicapai, yaitu kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan yang bersifat prosedural dan konkrit.

Sebagai seorang pendidik, guru pengampu mata pelajaran program pengolah angka (Spreadsheet) di kelas X AKL 3 SMK Negeri 6 Sukoharjo telah memenuhi empat kompetensi sebagai seorang guru profesional, yang meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi profesional, maupun kompetensi sosial yang baik. Guru mata pelajaran sudah sertifikasi, mampu menerapkan sistem pembelajaran yang baik di dalam kelas, serta mempunyai latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang keahlian akuntansi keuangan.

Permasalahan yang terjadi yaitu partisipasi dari para siswa masih kurang, pembelajaran masih berpusat pada guru (Theacher Centered Learning), dan aktivitas siswa masih rendah dalam kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran program pengolah angka (Spreadsheet). Guru mata pelajaran program pengolah angka (Spreadsheet) kelas X AKL 3 SMK Negeri 6 Sukoharjo sudah menerapkan model pembelajaran yang cukup baik, yaitu ceramah dan tanya jawab, akan tetapi dalam pembelajaran belum menunjukkan adanya aktivitas dan partisipasi yang tinggi dari para siswa, padahal kurikulum 2013 menuntut pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Active Learning), dimana siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran mata pelajaran program pengolah angka (Spreadsheet) di kelas X AKL 3 SMK Negeri 6 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2019/2020 menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, dengan bantuan media pembelajaran, yaitu penggunaan LCD, white board, dan modul. Aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas X AKL 3 masih belum optimal, aktivitas siswa terlihat ketika siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan ditunjuk langsung, siswa kurang aktif dalam bertanya dan mengeluarkan pendapat tentang hal-hal yang kurang dipahami, selain itu siswa kurang berkosentrasi terhadap materi yang disampaikan.

Hasil pengamatan menunjukkan persentase sikap siswa dalam proses pembelajaran sebesar 49%, kerjasama siswa dalam proses pembelajaran sebesar 33%, partisipasi siswa dalam proses pembelajaran sebesar 32%, sedangkan rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 38%.

Asumsi tentang rendahnya hasil belajar siswa kelas X AKL 3 pada mata pelajaran program pengolah angka (Spreadsheet) dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya adalah faktor input siswa yang heterogen, faktor proses pembelajaran yang dilaksanakan, serta sistem pembelajaran. Perbaikan terhadap proses pembelajaran diasumsikan dapat mengoptimalkan hasil belajar para siswa yang mempunyai latar belakang yang heterogen. Perbaikan terhadap proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat, yang mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi. Model pembelajaran Problem Based Learning diasumsikan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran program pengolah angka (Spreadsheet) di kelas X AKL 3 SMK Negeri 6 Sukoharjo. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fadly (2012), yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) studi pada kelas X bisnis dan manajemen mata pelajaran kewirausahaan di SMK Ardjuna 1 Malang”, menunjukkan bahwa, penerapan model pembelajaran Problem Based Learning pada siswa kelas X Bisnis dan Manajemen dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, dimana aktivitas siswa meningkat dari siklus 1 ke siklus 2. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan secara bertahap dari metode ceramah ke model pembelajaran Problem Based Learning, dan respon siswa terhadap model Problem Based Learning sangat positif.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Widodo dan Lusi (2013), dengan judul “Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas VIIa MTS Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning.

Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Suci, (2008) dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha”. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan aktivitas (partisipasi) mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar, selain itu dapat meningkatkan hasil belajar pada mata kuliah teori akuntansi, serta penerapan model problem based learning mendapat respon yang positif dari mahasiswa.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya mengenai penerapan model pembelajaran Problem Based Learning menunjukkan bahwa dengan diterapkannya model Pembelajaran Problem Based Learning, maka dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa dari setiap siklus juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan sangat jauh berbeda, maka proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran program pengolah angka (Spreadsheet) X AKL 3 SMK Negeri 6 Sukoharjo perlu dilakukan perbaikan, terutama dalam proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Peneliti ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar program pengolah angka (Spreadsheet) SMK N 6 Sukoharjo, yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Paket Program Pengolah Angka/Spreadsheet melalui Metode Problem Based Learning bagi Siswa Kelas X AKL 3 SMK Negeri 6 Sukoharjo pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimankah kualitas proses pembelajaran paket program pengolah angka/spreadsheet melalui metode problem based learning bagi siswa kelas X AKL 3 SMK Negeri 6 Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020?
2. Bagaimanakah hasil belajar paket program pengolah angka/spreadsheet melalui metode problem based learning bagi siswa kelas X AKL 3 SMK Negeri 6 Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020?

Tujuan Penelitian

Maka berdasarkan pada rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan:

1. Meningkatkan kualitas proses belajar paket program pengolah angka/spreadsheet melalui metode problem based learning bagi siswa kelas X AKL 3 SMK Negeri 6 Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020.
2. Meningkatkan hasil belajar paket program pengolah angka/spreadsheet melalui metode problem based learning bagi siswa kelas X AKL 3 SMK Negeri 6 Sukoharjo pada semester 1 tahun pelajaran 2019/2020.

Manfaat Penelitian

Bagi Siswa

1. Mengaktifkan para siswa agar berani untuk mengeluarkan pendapatnya dalam proses diskusi kelompok dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan proses teknologi siswa.
2. Memberikan pengalaman yang baru bagi siswa, melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning.

Bagi Guru

1. Dapat menjadi referensi dalam memilih model pembelajaran, sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2. Menambah wawasan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning.
3. Membantu guru dalam menciptakan suatu kondisi kelas yang aktif, dan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, yaitu melalui penerapan model pembelajaran Problem Based learning untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

Kajian Teori

Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka perubahan tingkah laku. Hamalik (2013: 37) menyatakan bahwa, “belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya”. Syah (2007: 68) berpendapat bahwa, “belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”. Pendapat lain tentang belajar juga diungkapkan oleh (Slameto, 2010), yang mendefinisikan bahwa, “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Sardiman (2006: 20) menyimpulkan bahwa, “belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya dan belajar akan lebih baik kalau subjek belajar mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik”. Berbagai pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku dalam diri seseorang.

Model Problem Based Learning

Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai dasar dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang proses penyampaian materinya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaaan, memfasilitasi penyelidikan dan membuka dialog. Model pembelajaran Problem Based Learning tepat digunakan pada kelas yang kreatif dan peserta didik yang berpotensi akademik tinggi, namun kurang cocok diterapkan pada peserta didik yang perlu bimbingan tutorial. Model Problem Based Learning sangat potensial untuk mengembangkan kemandirian peserta didik melalui pemecahan masalah (Mulyatiningsih, 2013: 236).

Margetson dalam Rusman (2013) mengemukakan bahwa kurikulum PBM membantu untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif. Kurikulum PBM memfasilitasi keberhasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan interpersonal dengan lebih baik dibanding pendekatan yang lain.

Kerangka Berpikir

Hasil belajar siswa merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Hasil belajar siswa yang rendah mengindikasikan bahwa pembelajaran belum mencapai hasil yang baik, oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan pada prosesnya. Hasil pengamatan terhadap hasil belajar siswa kelas X AKL 3 Semester 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2019/2020, didasarkan pada nilai ulangan. Nilai ulangan menunjukkan hasil belajar siswa rendah, oleh karenanya perlu dilakukan perbaikan dalam pembelajaran. Penerapan model pembelajaran merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal.

Peneliti telah melakukan observasi untuk mengidentifikasi masalah dalam proses pembelajaran, observasi dilakukan di Kelas X AKL 3 Semester 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2019/2020. Hasil dari observasi yang dilakukan, peneliti mengidentifikasi adanya masalah dalam kegiatan pembelajaran. Permasalahan yang terjadi adalah aktivitas belajar siswa rendah, dan pembelajaran masih berpusat pada guru. Kurikulum yang berlaku saat ini yaitu kurikulum 2013, dimana pembelajaran berpusat pada siswa, akan tetapi dalam kenyataannya pembelajaran masih berpusat pada guru. Data nilai hasil ulangan menunjukkan bahwa hasil belajar siswa rendah, dimana sebagian besar hasil belajar siswa masih dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan pada mata pelajaran Paket pengolah angka/spreedsheet yaitu 70. Guru mata pelajaran yang bersangkutan menggunakann model pembelajaran ceramah dan tanya-jawab, akan tetapi partisipasi dari para siswa masih rendah.

Pembelajaran aktif ditandai dengan aktivitas belajar siswa yang tinggi, oleh karena itu guru perlu menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Model pembelajaran juga harus dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar sisiwa. Model pembelajaran yang dapat diterapkan sesuai dengan kurikulum 2013, yaitu model pembelajaran Discovery Learning, Problem Based Learning dan Project Based Learning. Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang dapat mendorong setiap siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, serta memungkinkan berkembangnya keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi dan interaksi) dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

Asumsi mengenai rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa disebabkan karena model pembelajaran yang diterapkan oleh guru, model pembelajaran yang diterapkan tidak mendorong terhadap peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajart siswa, sehingga siswa kurang mendapat kesempatan untuk dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Penerapan model pembelajaran dengan tepat akan mendorong peserta didik untuk dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran, selain itu peserta didik juga akan lebih paham terhadap materi yang dipelajarinya. Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan permasalahan, sehingga siswa akan lebih paham terhadap materi yang dipelajari. Model pembelajaran Problem Based Learning mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam kerja kelompok dalam memecahkan masalah dalam pembelajaran, sehingga aktivitas dan partisipasi belajar siswa meningkat.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh fadly dkk. Menunjukkan bahwa, penerapan model pembelajaran Problem Based Learning mampu meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dari siklus ke siklus. Cara untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa adalah perlu dilakukan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Penelitian ini dilakukan selama dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Apabila dalam tindakan siklus I belum menunjukkan hasil yang ditetapkan, maka dilanjutkan ke siklus selanjutnya, yaitu siklus II dan seterusnya.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Negeri 6 Sukoharjo beralamat di Desa Belimbing, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo. Di sekolah ini penelitian dilakukan pada Kelas X AKL 3. Penelitian dilaksanakan di Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020. Tahap persiapan sampai dengan pelaporan hasil penelitian dilakukan selama enam bulan, yakni bulan Juli sampai dengan Desember 2019.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X AKL 3 semester 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo tahun pelajaran 2019/2020 yang terdiri dari 36 orang siswa. Pemilihan subjek dilandasi adanya alasan bahwa siswa kelas X AKL 3 memiliki nilai hasil belajar paling rendah dibandingkan kelas AKL yang lain.

Data dan Sumber Data

Data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian tindakan Kelas ini antara lain:

1. Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian yaitu kegiatan pembelajaran paket program pengolah angka/spreadsheet materi standar operasional yang berlangsung di dalam kelas dengan penerapan Model Problem Based Learning. Informan dalam penelitian ini adalah guru paket program pengolah angka/spreadsheet dan siswa Kelas X AKL 3 SMK Negeri 6 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2019/2020.
2. Dokumen yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hasil belajar siswa berupa tes tertulis, catatan lapangan selama pembelajaran berlangsung setiap siklus sebagai hasil observasi, wawancara, dan angket.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, tes, dan analisis data. Adapun penjelasan dari masing-masing teknik adalah sebagai berikut.

1. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan proses pembelajaran materi virus untuk melihat perkembangan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam mengelola kelas serta merangsang keaktifan siswa dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Sementara itu, observasi terhadap siswa difokuskan pada keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran paket program pengolah angka/spreadsheet materi standar operasional dengan menggunakan model Problem Based Learning.
2. Wawancara, yaitu dilakukan terhadap guru mata pelajaran paket program pengolah angka/spreadsheet serta Siswa Kelas X AKL 3 SMK Negeri 6 Sukoharjo. Wawancara ini dipergunakan untuk menggali informasi tentang proses pembelajaran paket program pengolah angka/spreadsheet materi standar operasional dengan menggunakan model Problem Based Learning, kesulitan yang dihadapi, serta informasi lain yang dibutuhkan.
3. Tes, yaitu dengan memberikan tugas untuk paket program pengolah angka/spreadsheet materi standar operasional dengan menggunakan model Problem Based Learning.
4. Analisis data, adalah teknik yang dipergunakan untuk menganalisis data yang telah diperoleh dari hasil observasi. Data yang dimaksud dapat berupa berbagai catatan lapangan, hasil pekerjaan siswa, dan foto/gambar pembelajaran.

Uji Validitas Data

Data diuji validitasnya dengan menggunakan beberapa teknik yaitu dengan triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Triangulasi sumber data, misalnya data tentang kesulitan-kesulitan guru dalam mengajarkan materi standar operasional di kelas dan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran paket program pengolah angka/spreadsheet materi standar operasional. Sedangkan triangulasi metode yaitu data tentang peningkatan hasil belajar siswa, selain diperoleh melalui observasi langsung (pengamatan) terhadap sikapnya selama pembelajaran juga diperoleh dari hasil wawancara, dan analisis dokumen yang berupa pekerjaan siswa atau hasil tes belajar siswa.

Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kritis dan teknik analisis deskriptif komparatif. Analisis kritis berkaitan dengan data yang bersifat kualitatif. Data dalam analisis kritis berupa hasil observasi dan wawancara. Teknik ini mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar.

Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat pada tindakan siklus sebelumnya. Perbaikan yang akan dilakukan disusun berdasarkan hasil refleksi pada siklus sebelumnya.

Data yang berupa deskriptif komparatif yaitu teknik yang digunakan untuk data kuantitatif yakni membandingkan antar siklus. Data ini berupa hasil tes yang sudah dikerjakan oleh siswa. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil di setiap siklusnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Kondisi Awal

Kegiatan survai awal dilaksanakan oleh guru bersama kolaborator melalui diskusi tentang rancangan dalam proses penelitian. Sebagai hasil kesepakatan adalah pelaksanaan tindakan 2 jam pelajaran. Kegiatan dilaksanakan pada proses belajar mengajar di dalam kelas. Guru menerangkan materi standar operasional prosedur paket program pengolah angka/spreadsheet dan menayangkan contoh prosedur komputer melaui media LCD. Siswa diminta berkelompok menyelesaikan tugas yang ada di LKPD untuk lebih memahami materi paket program pengolah angka/spreadsheet.

Kondisi awal kemampuan siswa kelas X AKL 3 semester 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo tahun pelajaran 2019/2020 dalam menguasai materi paket program pengolah angka/spreadsheet dapat diketahui dari hasil tes berupa ulangan harian setelah kegiatan pembelajaran. Hasil tes bisa menunjukkan kondisi tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang diberikan.

Berdasarkan data hasil tes ulangan harian yang dijadikan sebagai identifikasi kondisi awal pembelajaran paket program pengolah angka/spreadsheet, menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 85 dan nilai terendah adalah 58. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 63,21. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 63,21 > 75. Atas dasar hal tersebut siswa secara klasikal dianggap belum mencapai ketuntasan belajar.

Ditinjau dari ketuntasan belajar, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75.00 adalah 7 orang siswa atau 19,44% dari jumlah siswa. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar adalah 29 orang siswa atau 80,56%. Berdasarkan hal tersebut, maka secara klasikal siswa kelas X AKL 3 semester 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo tahun pelajaran 2019/2020 belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran paket program pengolah angka/spreadsheet.

Dari kegiatan observasi terhadap proses pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh kolaborator melalui wawancara dengan guru di kelas X AKL 3 semester 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo, ada beberapa faktor yang menjadikan rendahnya hasil belajar siswa pada materi standar operasional prosedur paket program pengolah angka/spreadsheet:

Siklus I

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Siklus I dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu masing-masing pertemuan selama 90 menit (2 JP). Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 19 Agustus 2019 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, 26 Agustus 2019.

Data ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus I dapat disajikan ke dalam tabel berikut:

Tabel 4. Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Tindakan Siklus I

No.KetuntasanJumlah%1.Tuntas18502.Belum Tuntas1850Jumlah36100Nilai Rata-rata74,5Nilai Terendah63Nilai Tertinggi86Berangkat dari kondisi tersebut maka diperlukan perbaikan tindakan pembelajaran pada siklus berikutnya, melalui penerapan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning. Dari hasil interpretasi yang dilaksanakan pada siklus I terlihat bahwa model Problem Based Learning bisa meningkatkan aktivitas ketrampilan proses teknologi informasi siswa dan perubahan perilaku siswa dalam pelajaran paket program pengolah angka/spreadsheet khususnya materi standar operasional prosedur. Hal ini pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Siklus II

Ditinjau dari ketuntasan belajar, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75 adalah 31 orang siswa atau 86,11 % dari jumlah siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka indikator penguasaan penuh secara klasikal, berupa tercapainya > 80.00 % jumlah siswa sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75 sudah terlampaui.

Data ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut:

Tabel 5. Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Tindakan Siklus II

No.KetuntasanJumlah%1.Tuntas3186,112.Belum Tuntas513,89Jumlah36100Nilai Rata-rata86,94Nilai Terendah68Nilai Tertinggi90Berangkat dari kondisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru pada tindakan Siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan terlampauinya indikator keberhasilan tindakan berupa nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa.

Pembahasan Hasil Tindakan

Penggunaan metode Problem Based Learning pada siswa Kelas X AKL 3 berjalan efektif karena dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari kenaikan nilai rata-rata Keterampilan Proses Teknologi Inforamasi yang semula sebesar 50% pada siklus I, meningkat menjadi sebesar 86, 11% pada siklus II.

Penggunaan media bantu disertai dengan syntax metode Problem Based Learning yang mengoptimalkan kegiatan-kegiatan ilmiah dalam proses pembelajaran menyebabkan siswa menjadi terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat membantu seluruh type siswa dalam belajar baik auditory, visual, maupun kinetik sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan seluruh konsep yang dihasilkan secara konstruksi akan terekam kuat dalam memori siswa. Dampak akhirnya tentu saja peningkatan hasil belajar materi standar operasional prosedur seperti yang diharapkan.

Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kondisi awal adalah sebesar 63,21 atau di bawah KKM yang ditetapkan dengan KKM > 75. Hal tersebut mendorong untuk perlunya dilaksanakan perbaikan pembelajaran, yaitu melalui metode pembelajaran Problem Based Learning.

Perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa pada akhir tindakan Siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar pada kondisi awal, yaitu meningkat dari 63,21 menjadi 74,5. Tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 19,44% pada kondisi awal, meningkat menjadi sebesar 50% pada akhir tindakan Siklus I.

Peningkatan hasil belajar yang diperoleh pada tindakan Siklus I belum optimal sehingga guru melakukan perbaikan pada tindakan Siklus II. Perbaikan yang dilakukan adalah dengan memperbanyak jumlah kelompok sehingga anggota masing-masing kelompok menjadi lebih sedikit. Perubahan tersebut mendorong siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Perbaikan yang dilakukan guru berdampak positif dengan meningkatnya nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada akhir tindakan Siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai rata-rata pada akhir tindakan Siklus I, yaitu meningkat dari 74,5 menjadi 86,94. Tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 50% pada akhir tindakan Siklus I, meningkat menjadi sebesar 86,11% pada akhir tindakan Siklus II.

Peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II selanjutnya dapat disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II

No.Nilai Hasil BelajarKondisi AwalSiklus ISiklus II1.Nilai Terendah .Nilai Tertinggi .Nilai Rata-rata63,2174,586,94Atas dasar hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi belajar paket program pengolah angka/spreadsheet materi “standar operasional prosedur” pada siswa Kelas X AKL 3 semester 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo tahun pelajaran 2019/2020.

Peningkatan ketuntasan belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II dapat disajikan ke dalam tabel berikut.

Tabel 7. Ketuntasan Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II

NoKetuntasan BelajarKondisi AwalSiklus ISiklus IIJmlh%Jmlh%Jmlh%1.Tuntas719, ,112.Belum Tuntas2980, ,89Jumlah36100. . .00Hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa metode Problem Based Learning yang dilakukan oleh guru meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar tersebut dikaitkan dengan terciptanya suasana belajar yang menyenangkan dan nyaman sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Penerapan metode Problem Based Learning mendorong dilakukannya pembelajaran kolaboratif, yaitu siswa secara kelompok mempelajari standar operasional prosedur. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru memungkinkan siswa dan guru sama-sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Guru mengupayakan segala cara secara kreatif untuk melibatkan semua siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu, siswa juga didorong agar aktif dalam berinteraksi dengan sesama teman, guru, materi pelajaran dan segala alat bantu belajar, sehingga hasil pembelajaran dapat meningkat. Hal ini terlihat dari kenaikan nilai rata-rata Keterampilan Proses teknologi Informasi yang semula sebesar 50% pada siklus I, meningkat menjadi sebesar 86,11% pada siklus II.

Simpulan

Berdasarkan hasil temuan yang telah dideskripsikan dan dibahas sebagai hasil analisis data, selanjutnya simpulan hasil penelitian tersebut dikemukakan berikut ini.

1. Kualitas Proses Pembelajaran materi Paket Program Pengolah Angka/Spreadsheet melalui model Problem Based Learning pada siswa Kelas X AKL 3 semester 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2019/2020 berjalan efektif karena dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari kenaikan nilai rata-rata Keterampilan Proses Sains Siswa (KPS) yang semula sebesar 50% pada siklus I, meningkat menjadi sebesar 86,11% pada siklus II.
2. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar Akuntansi materi “Paket Program Pengolah Angka/Spreadsheet” bagi siswa kelas X AKL 3 semester 1 SMK Negeri 6 Sukoharjo tahun pelajaran 2019/2020. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. 1. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 74,5 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, menjadi 86,94 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. . Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 50% pada akhir tindakan Siklus I, menjadi 86,11% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II.

DAFTAR PUSTAKA

1. M. Sadirman, 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Amri, Sofan dan Lif Khoiru Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan. Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Endang, Mulyatiningsih, 2013. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Fadly, Aditiya. 2012. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa MelaluiModel Pembelajaran Problem Based Learning PBL. Diakses 21 Juni 2019 pukul 22.38 WIB. Tersedia: /wp-content/uploads/2012/08/JURNAL1.pdf

Hamalik, Oemar. 2009. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan. Sistem. Jakarta: Bumi Aksara

Rusman. 2013. Metode-Metode Pembelajaran: Mengembangkan. Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Thobroni, M., dan Mustofa, A. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Pengembangan Wawancara dan Praktik Pembelajaran dalam. Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Warsono dan Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Widodo, Widayanti Lusi. 2013. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Problem Based Learning pada Siswa Kelas VII A Mts.Negeri Donomulyo. Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Fisika Indonesia, 49 17, 32-35.