Blog

Pengertian Penelitian Kualitatif Dasar Ciri Penggunaanya

Pengertian Penelitian Kualitatif – Metode penelitian kualitatif berarti proses eksplorasi dan mengetahui makna perilaku pribadi dan kelompok, mencerminkan masalah sosial atau masalah kemanusiaan.

Proses penelitian mencakup menciptakan pertanyaan penelititan dan formalitas yang masih mempunyai sifat sementara, mengumpulkan data pada setting partisipan, analisis data secara induktif, membina data yang parsial ke dalam tema, dan selanjutnya menyerahkan interpretasi terhadap makna sebuah data. Kegiatan terakhir ialah membuat laporan ke dalam struktur yang fleksibel.

Metode penelitian kualitatif tidak jarang disebut sebagai metode riset naturalistik sebab penelitiannya dilaksanakan pada situasi yang alamiah (natural setting) disebut juga sebagai cara etnography, sebab pada tadinya metode ini tidak sedikit digunakan untuk riset bidang antropologi budaya, disebut juga sebagai cara kualitatif sebab data yang terkumpul dan analisisnya lebih mempunyai sifat kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang tidak memakai model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dibuka dengan merangkai asumsi dasar dan aturan beranggapan yang akan dipakai dalam penelitian. Penelitian kualitatif adalah penelitiian yang dalam kegiatannya peneliti tidak memakai angka dalam mengoleksi data dan dalam menyerahkan penafsiran terhadap hasilnya.

Berikut merupakan definisi penelitian kualitatif menurut beberapa para ahli:

1. Sukmadinata, 2005
Dasar penelitian kualitatif yaitu konstruktivisme yang berpendapat bahwa kenyataan tersebut berdimensi jamak, interaktif dan sebuah pertukaran empiris sosial yang diinterpretasikan oleh masing-masing individu. Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran merupakan dinamis dan bisa ditemukan melulu melalui penelaahan terhadap orang-orang melewati interkasinya dengan kondisi sosial mereka (Danim, 2002).

2. Sugiyono, 2005
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang mempunyai sifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk mengetahui fenomena-fenomena sosial dari sudut padang partisipan. Dengan demikian makna atau pengertian riset kualitatif itu adalahpenelitian yang dipakai untuk menganalisis pada situasi objek. Alamiah dimana peneliti adalahinstrumen kunci.

3. Bogdan dan Taylor
Mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur riset yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan-ucapan tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang bisa diamati.

4. Kirk dan Miller
Mendefinisikan bahwa riset kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengtahuan sosial yang secara mendasar bergantung pada pemantauan pada insan dalam kawasannya sendiri dan bersangkutan dengan orang-orang itu dalam bahasannya dan dalam peristilahannya.

Baca juga: Pengertian Arduino

Dasar Teoritis Penelitian Kualitatif
Kajian penelitian kualitatif bermula dari kelompok berpengalaman sosiologi dari Mazhab Chicago pada tahun , yang memantapkan pentingnya riset kualitatif guna mengkaji kumpulan kehidupan manusia.

Pada masa-masa yang sama, kelompok berpengalaman antropologi mencerminkan outline dari cara karya lapangan; yang mengerjakan pengamatan langsung ke lapangan guna mempelajari adat dan kebiasaan masyarakat setempat. Dari awal, terlihat bahwa riset kualitatif adalahbidang investigasi tersendiri.

Bidang ini bersilang dengan disiplin dan pokok permasalahn lainnya. Suatu kelompok istilah, konsep, asumsi yang perumahan dan saling bersangkutan mencakup istilah riset kualitatif.

Dasar teoritis dalam pendekatan kualitatif merupakan:

* Pendekatan fenemenologis
* Pendekatan interaksi simbolik
* Pendekatan kebudayaan
* Pendekatan etnometodologi.

Ciri-ciri Penelitian Kualitatif
Berikut ini terdapat sejumlah ciri-ciri riset kualitatif, yang terdiri atas:

1. Menggunakan Lingkungan Alamiah Sebagai Sumber Data
Penelitian kualitatif memakai lingkungan alamiah sebagai sumber data, peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu kondisi sosial adalahkajian utama riset kualitatif. Peneliti pergi ke tempat tersebut, mengetahui dan mempelajari situasi.

Studi dilaksanakan pada masa-masa interaksi dilangsungkan di lokasi kejadian, peneliti mengamati, mencatat, bertanya, mencari sumber yang erat hubungannya dengan peristiwa yang terjadi ketika itu. Hasil-hasil yang didapatkan pada saat tersebut segera dibentuk saat tersebut pula, apa yang dicermati pada dasarnya tidak lepas dari konteks lingkungan dimana tingkah laku berlangsung.

2. Memiliki Sifat Deskriptif Analitik
Peneliti kualitatif sifatnya deskriptif analitik, data yang didapatkan seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, daftar lapangan, dibentuk peneliti di tempat penelitian, tidak dituangkan dalam format dan angka-angka.

Peneliti segera mengerjakan analisis data dengan memperkaya informasi, menggali hubungan, membandingkan, mengejar pola atas dasar data aslinya (tidak ditransformasi dalam format angka). Hasil analisis data berupa pemaparan tentang situasi yang dianalisis yang disajikan dalam format uraian naratif.

Hakikat deskripsi data pada umumnya membalas pertanyaan-pertanyaan kenapa dan bagaimana suatau gejala terjadi, untuk tersebut peneliti dituntut mengetahui dan menguasai bidang ilmu yang ditelitinya sampai-sampai dapat menyerahkan justifikasi tentang konsep dan arti yang terdapat dalam data.

3. Tekanan Pada Proses Bukan Hasil
Tekanan riset kualitatif terdapat pada proses b ukan pada hasil, data dan informasi yang diperlukan berkaitan dengan pertanyaan apa, kenapa dan bagaimana guna mengungkap proses bukan hasil sebuah kegiatan.

Apa yang dilakukan, mengapa dilaksanakan dan bagaimana teknik melakukannya membutuhkan pemaparan sebuah proses mengenai gejala tidak dapat dilaksanakan dengan ukuran frekuensinya saja.

Pertanyaan diatas menuntut cerminan nyata mengenai kegiatan, prosedur, alasan-alasan dan interaksi yang terjadi dalam konteks lingkungan di mana dan pada ketika mana proses tersebut berlangsung.

Proses alamiah tidak dipedulikan terjadi tanpa intervensi peneliti, karena proses yang terkontrol tidak bakal menggambarkan suasana yang sebenarnya. Peneliti tidak butuh mentaransformasi data menjadi angka guna mengindari hilangnya informasi yang sudah diperoleh. Makna sebuah proses ditimbulkan konsep-konsepnya untuk menciptakan prinsip bahkan teori sebagai sebuah temuan atau hasil riset tersebut.

4. Bersifat Induktif
Penelitian kualitatif sifatnya induktif, riset kualitatif tidak dibuka dari deduksi teori, namun dimuali dari lapangan yakni kenyataan empiris. Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari sebuah proses atau penemuan yang terjadi secara alami, mencatat, menganalisis, mengartikan dan mengadukan serta unik kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut.

Kesimpulan atau generalisasi untuk lebih luas tidak dilakukan, karena proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu, tidak barangkali sama dalam konteks lingkungan yang beda baik masa-masa maupun tempat. Temuan riset dalam format konsep, prinsip, hukum, teori di bina dan dikembangkan dari lapangan bukan dari teori yang sudah ada. Prosesnya induktif yakni dari data yang terpisah tetapi saling berkaitan.

Baca juga: Pengertian DFD

5. Mengutamakan Makna
Penelitian kualitatif mengkhususkan makna, arti yang diungkap berkisar pada persepsi orang tentang suatu peristiwa, contohnya penelitian mengenai peran kepala sekolah dalam pembinaan guru, peneliti memfokuskan perhatian pada pendapat kepala sekolah mengenai guru yang dibinanya.

Peneliti menggali informasi dari kepala sekolah dan pandangannya mengenai keberhasilan dan kegagalan membangun guru, apa yang dirasakan dalam membangun guru, kenapa guru tidak berhasil dibina dan bagaimana urusan tersebut terjadi.

Sebagai bahan pembanding peneliti menggali informasi dari guru supaya dapat didapatkan titik-titik temu dan pandangan tentang mutu pembinaan yang dilaksanakan kepala sekolah. Ketepatan informasi dari partisipan (kepala sekolah dan guru) diungkap oleh peneliti agar dapat menginterpretasikan hasil riset secara sahih dan tepat.

Berdasarkan ciri diatas dapat diputuskan bahwa riset kualitatif tidak dibuka dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tapi dibuka dari lapangan menurut lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik artinya dan konsepnya, melewati pemaparan deskriptif analitik, tanpa mesti memakai angka, karena lebih mengkhususkan proses terjadinya sebuah peristiwa dalam kondisi yang alami.

Generalisasi tidak perlu dilaksanakan sebab deskrpsi dan interpretasi terjadi dalam konteks dan kondisi tertentu. Realitas yang perumahan dan tidak jarang kali berubah menuntut peneliti lumayan lama sedang di lapangan. Sejalan dengan pendapat di atas, Bogdan dan Biklen, 1992 menyatakan bahwa ciri-ciri metode penelitian kualitatif yaitu:

* Penelitian kualitatif mennggunakan latar alamiah atau pada konteks dari sebuah keutuhan (enity)
* Penelitian kualitatif instrumennya ialah manusia, baik peneliti sendiri atau dengan pertolongan orang lain
* Penelitian kualitatif memakai metode kualitatif
* Penelitian kualitatif memakai analisis data secara induktif
* Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah tuntunan penyusunan teori subtantif yang berasal dari data
* Penelitian kualitatif mengoleksi data deskriptif (kata-kata, gambar) bukan angka-angka
* Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil
* Penelitian kualitatif menghendaki adanya batas dalam penelitiannya atas dasar konsentrasi yang timbul sebagai masalah dalam penelitian
* Penelitian kualitatif meredefinisikan validitas, realibilitas dan objektivitas dalam versi lain dikomparasikan dengan yang lazim dipakai dalam riset klasik
* Penelitian kualitatif merangkai desain yang secara terus menerus dicocokkan dengan fakta lapangan (bersifat sementara).

Tujuan Penelitian Kualitatif
Atas dasar pemakaiannya dapat diajukan bahwa tujuan penelitian kualitatif dalam bidang edukasi yaitu untuk:

* Mendeskripsikan sebuah proses pekerjaan pendidikan menurut apa yang terjadi di lapangan sebagai bahan kajian lanjut guna menemukan kelemahan dan kekurangan pendidikan sampai-sampai dapat ditentukan upaya penyempurnaannya.
* Menganalisis dan mengartikan suatu fakta, fenomena dan peristiwa edukasi yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya dalam konteks ruang dan masa-masa serta kondisi lingkungan edukasi secara alami.
* Menyusun hipotesis berkaitan dengan konsep dan prinsip edukasi menurut data dan informasi yang terjadi di lapangan (induktif) guna kepentingan pengujian lebih lanjut melewati pendekatan kuantitatif.
* Dalam urusan ini bidang kajian riset kualitatif dalam edukasi antara lain sehubungan dengan proses pengajaran, bimbingan, pengolaan/manajeman kelas, kepemimpinan dan pemantauan pendidikan, evaluasi pendidikan, hubungan sekolah dan masyarakat, upaya pengembangan tugas profesi guru dan lain-lain. Selain riset kualitatif yang dipakai dalam bidang pendidikan merupakan penelitian perbuatan kelas.

Jenis-jenis Penelitian Kualitatif
Berikut ini terdapat sejumlah jenis-jenis penelitian kualitatif, yang terdiri atas:

1. Etnografi
Etnografi merupakan uraian dan pengartian suatu kebiasaan atau sistem kumpulan social. Etnografi pun adalahstudi yang paling mendalam mengenai perilaku yang terjadi secara alami di sebuah kebiasaan atau sebuah kumpulan sosial tertentu untuk mengetahui sebuah kebiasaan tertentu dari segi pandang pelakunya. Para berpengalaman menyebutnya sebagai riset lapangan, sebab memang dilakukan di lapangan dalam latar alami.

Peneliti meneliti perilaku seseorang atau kumpulan sebagaimana apa adanya. Peneliti menganalisis cirri khas dan kelaziman yang terjadi dalam lingkungan masyarakat. Data didapatkan dari observasi paling mendalam sehingga membutuhkan waktu berlama-lama di lapangan, wawancara dengan anggota kelompok kebiasaan secara mendalam, mempelajari dokumen atau artifak secara jeli.

Tidak laksana jenis riset kualitatif yang beda dimana umumnya data diteliti setelah selesai pendataan data di lapangan, data riset etnografi diteliti di lapangan cocok konteks atau kondisi yang terjadi pada ketika data dikumpulkan. Penelitian etnografi mempunyai sifat antropologis sebab akar-akar metodologinya dari antropologi. Para berpengalaman pendidikan dapat menggunakan etnografi untuk menganalisis tentang edukasi di sekolah-sekolah pinggiran atau sekolah-sekolah di tengah-tengah kota.

Artinya etnografi ini lebih terkhusus untuk apa yang menjadi pedoman untuk masyarakat dan dinamika-dinamika social yang terdapat di masyarakat. Seperti yang disebutkan bahwa etnografi sesuai digunakan di bidang pendidikan, sebab sekolah-sekolah memiliki satu cirri khas tersendiri dengan kata lain sekolah mempunyai kebudayaan tersendiri yang tidak melupakan kebudayaan yang terdapat didaerah setempatnya.

2. Studi Kasus (Case Studies)
Studi permasalahan yaitu penelitian yang mendalam mengenai individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam masa-masa tertentu. Tujuannya untuk mendapat diskripsi yang utuh dan mendalam dari suatu entitas. Studi permasalahan menghasilkan data guna selanjutnya diteliti untuk menghasilkan teori. Sebagaimana formalitas perolehan data riset kualitatif, data studi kasus didapatkan dari wawancara, observasi, dan arsif. Studi kasus dapat dipakai untuk menganalisis sekolah di tengah-tengah kota di mana semua siswanya menjangkau prestasi akademik luar biasa.

Studi permasalahan dapat juga dipakai untuk menganalisis bagaimana aspek psikologis murid yang bermasalah. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalahsalah satu misal studi permasalahan yang ketika ini tidak sedikit di pakai oleh guru untuk menganalisis siswa-siswanya. Penelitian ini diberi batas oleh masa-masa dan lokasi dan kasusu yang dipelajari berupa program, peristiwa atau individu.

Berdasarkan keterangan dari Stake (dalam Denzin & Lincoln, 1994:236), studi permasalahan tidak selalu memakai pendekatan kualitatif, ada sejumlah studi permasalahan yang memakai pendekatan kuantitatif. Stake, dalam membicarakan studi kasus, bakal menekankan pendekatan kualitatif, mempunyai sifat naturalistik, berbasis pada kebiasaan dan minat fenomenologi.

Studi permasalahan bukan adalahpilihan metodologi, namun pilihan masalah yang mempunyai sifat khusus guna dipelajari. Terdapat misal masalah yang dapat mempunyai sifat kuantitatif, misalnya; anak yang sakit, dokter mempelajari anak yang sakit dapat mempunyai sifat kualitatif maupun kuantitatif, walaupun daftar dokter lebih mempunyai sifat kuantitatif ketimbang kualitatif.

Contoh beda studi mengenai anak yang dilalaikan (neglected child) dapat mempunyai sifat kualitatif maupun kuantitatif, walaupun daftar pekerja sosial lebih mempunyai sifat kualitatif ketimbang kuantitatif.

Sebagai suatu format penelitian, pemilihan studi permasalahan lebih ditentukan oleh ketertarikan pada kasus-kasus yang mempunyai sifat individual, bukan oleh pemilihan pemakaian metode penelitian. Hal ini dapat disaksikan dari keterangan Stake sebagai berikut:

Some case studies are qualitative studies, some are not. In this chapter I will concentrate on case studies where qualitative inquiry dominates, with strong naturalistic, holistic, cultural, phenomenological interests. Case study is not a methodological choice, but a choice of object to be studied. We could study it in many ways. The physician studies the child because the child is ill. The childs symptoms are both qualitative and quantitative. The physicians record is more quantitative than qualitative.

The social worker studies the child because the child is neglected. The symptoms of neglect are both qualitative and quantitative. The formal record the social worker keeps in more qualitative than quantitative. In many professional and practical fields, cases are studied and recorded. As a form of research, case study is defined by interest in individual cases, not by methods of inquiry used.

3. Studi Dokumen/Teks (Document Study)
Studi dokumen atau teks yaitu kajian yang menitik beratkan pada analisis atau interpretasi bahan tertulis menurut konteksnya. Bahan dapat berupa daftar yang terpublikasikan, kitab teks, surat kabar, majalah, surat-surat, film, daftar harian, naskah, artikel, dan sejenisnya. Untuk mendapat kredibilitas yang tinggi peneliti dokumen mesti yakin bahwa naskah-naskah tersebut otentik.

Penelitian jenis ini dapat juga untuk mencari pikiran seseorang yang tertuang di dalam kitab atau naskah-naskah yang terpublikasikan. Para pendidik memakai metode riset ini guna mengkaji tingkat keterbacaan suatu teks, atau guna menilai tingkat pencapaian pemahaman terhadap topik tertentu dari suatu teks.

Penelitian ini bisa pula saya dan anda lakukan di bidang pendidikan, contohnya mengkaji kurikulum sekolah, RPP, dan berkas-berkas yang terdapat di sekolah tersebut. Keadaan siswa masing-masing semester juga dapat disaksikan melalui studi dokumen ini.

4. Pengamatan Alami (Natural Observation)
Pengamatan alami yakni jenis riset kualitatif dengan mengerjakan observasi lengkap pada suatu latar tertentu tanpa sedikitpun mengubahnya. Tujuan utamanya merupakan untuk meneliti dan mengetahui perilaku seseorang atau kumpulan orang dalam kondisi tertentu.

Misalnya, bagaimana perilaku seseorang saat dia berada kumpulan diskusi yang anggota berasal dari latar sosial yang berbeda-beda. Dan, bagaimana pula perilaku dia andai berada dalam kumpulan yang homogen. Peneliti memakai kamera tersembunyi atau isntrumen beda yang sama sekali tidak diketahui oleh orang yang dicermati (subjek).peneliti dapat mengamati sekelompok anak saat bermain dengan teman-temannya untuk mengetahui perilaku interaksi sosial mereka.

5. Fenomenologi
Penelitian fenomenologi mengupayakan menjelaskan atau mengungkap arti konsep atau gejala pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada sejumlah individu. Penelitian ini dilaksanakan dalam kondisi yang alami, sampai-sampai tidak terdapat batasan dalam memaknai atau memahami gejala yang dikaji. Berdasarkan keterangan dari Creswell (1998:54), Pendekatan fenomenologi menunda semua evaluasi tentang sikap yang alami hingga ditemukan dasar tertentu.

Penundaan ini biasa dinamakan epoche (jangka waktu). Konsep epoche ialah membedakan distrik data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti merangkai dan mengelompokkan dugaan mula tentang gejala untuk memahami tentang apa yang disebutkan oleh responden.

6. Grounded Theory
Walaupun sebuah studi pendekatan menekankan makna dari suatu empiris untuk sebanyak individu, destinasi pendekatan grounded theory ialah untuk menghasilkan atau mengejar suatu teori yang bersangkutan dengan kondisi tertentu. Situasi di mana pribadi saling berhubungan, bertindak, atau tercebur dalam sebuah proses sebagai respon terhadap sebuah peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory ialah pengembangan sebuah teori yang bersangkutan erat untuk konteks peristiwa dipelajari.

Baca juga: Pengertian Struktur Organisasi

Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Metode kuantitatif dan kualitatif berkembang khususnya dari akar filosofis dan teori sosial abad ke-20. Kedua metode riset di atas memiliki paradigma teoritik, gaya, dan asumsi paradigmatik riset yang berbeda. Masing-masing memuat kekuataan dan keterbatasan, memiliki topik dan isu riset sendiri serta menggunakan teknik pandang bertolak belakang untuk menyaksikan realitas sosial.

Gaya riset kuantitatif seringkali mengukur kenyataan objektif melewati konsep yang diturunkan pada variabel-variabel dan diulas pada indikator-indikator dengan menyimak aspek reliabilitas. Penelitian kuantitatif mempunyai sifat bebas nilai dan konteks, mempunyai tidak sedikit kasus dan subjek yang diteliti, sampai-sampai dapat diperlihatkan dalam format data statistik yang berarti. Hal urgen untuk disalin di sini merupakan, peneliti terpisah dari subjek yang ditelitinya.

Gaya riset kualitatif berjuang mengkonstruksi realitas dan mengetahui maknanya. Sehingga, riset kualitatif seringkali sangat menyimak proses, peristiwa dan otentisitas. Memang dalam riset kualitatif kehadiran nilai peneliti mempunyai sifat eksplisit dalam kondisi yang terbatas, melibatkan subjek dengan jumlah relatif sedikit. Dengan demikian, urusan yang umum dilaksanakan ia berkutat dengan analisa tematik. Peneliti kualitatif seringkali terlibat dalam interaksi dengan realitas yang ditelitinya.

Sebagaimana diterangkan sebelumnya, cara penelitian memiliki pola asumsi paradigmatik. John W. Cresswell menilik sejumlah dimensi asumsi paradigmatik yang memisahkan penelitian kuantitatif dengan kualitatif. Dimensi-dimensi tersebut merangkum ontologis, epistemologis, axiologis, retorik serta pendekatan metodologis. Secara ontologis, peneliti kuantitatif memandang realitas sebagai objektif dan dalam kacamata out there, serta independen dari dirinya. Sementara itu, peneiliti kualitatif memandang realitas adalahhasil rekonstruksi oleh pribadi yang tercebur dalam kondisi sosial.

Secara epistemologis, peneliti kuantitatif bersikap independen dan mengawal jarak (detachment) dengan realitas yang diteliti. Sementara peneliti kualitatif, menjalin interaksi secara intens dengan realitas yang ditelitinya. Secara retoris atau pemakaian bahasa, riset kuantitatif seringkali menggunakan bahasa-bahasa riset yang mempunyai sifat formal dan impersonal melewati angka atau data-data statistik.

Dengan demikian, terminologi atau konsep-konsep yang jamak ditemukan dalam riset kuantitatif contohnya relationship dan comparison. Sementara, riset kualitatif sering ditandai pemakaian bahasa informal dan personal laksana understanding, discover dan meaning. Secara metodologis, riset kuantitatif lekat dengan pemakaian logika deduktif dimana teori dan hipotesis diuji dalam logika karena akibat. Desain yang mempunyai sifat statis dipakai melalui penetapan konsep-konsep, variabel riset serta hipotesis.

Sementara itu, riset kualitatif lebih mengkhususkan pemakaian logika induktif dimana kategorisasi dicetuskan dari perjumpaan peneliti dengan informan di lapangan atau data-data yang ditemukan. Sehingga riset kualitatif bercirikan informasi yang berupa ikatan konteks yang bakal menggiring pada pola-pola atau teori yang bakal menjelaskan gejala sosial.

Penggunaan Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif dilaksanakan pada situasi alamiah dan mempunyai sifat penemuan. Dalam riset kualitatif, peneliti ialah instrumen kunci. Oleh sebab itu, peneliti mesti mempunyai bekal teori dan wawasan yang luas jadi dapat bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang dianalisis menjadi lebih jelas.

Penelitian ini lebih menekankan pada arti dan terbelenggu nilai. Penelitian kualitatif dipakai jika masalah belum jelas, untuk memahami makna yang tersembunyi, untuk mengetahui interaksi sosial, guna mengembangkan teori, guna meyakinkan kebenaran data, dan menganalisis sejarah perkembangan.

Pendekatan Penelitian Kualitatif
John W. Creswell membagi metode penelitian kualitatif dalam 5 jenis pendekatan yaitu:

1. Studi Naratif
Studi naratif dapat didefinisikan sebagai studi yang berfokus pada narasi, cerita, atau pemaparan tentang serangkaian peristiwa berhubungan dengan empiris manusia. studi ini dapat mencakup banyak hal, antara lain:

* Biografi yakni narasi tentang empiris orang lain.
* Auto-etnografi atau autobiografi yaitu empiris yang ditulis sendiri oleh subjek penelitian.
* Sejarah kehidupan yakni rekaman sejarah utuh mengenai kehidupan seseorang.
* Sejarah tutur yakni sejarah kehidupan yang didapatkan dari hasil memori peneliti.
* Prosedur yang digunakan seringkali berupa restoring, yaitu penceritaan kembali kisah tentang empiris individu, atau progresif-regresif, di mana peneliti mengawali dengan sebuah peristiwa urgen dalam kehidupan sang partisipan. Pengumpulan datanya dilaksanakan dengan wawancara mendalam dan observasi. Analisisnya berpijak pada kronologi peristiwa yang menekankan pada titik-balik atau ephiphanies dalam kehidupan responden.

2. Studi Fenomenologi
Merupakan studi yang berjuang mencari esensi arti dari suatu gejala yang dirasakan oleh sejumlah individu. untuk merealisasikan riset fenomenologis, peneliti dapat memilih antarafenomenologi hermeneutik yakni yang berfokus pada penafsiran teks-teks kehidupan dan empiris hidup ataufenomenologi transendental dimana peneliti berjuang meneliti suatu gejala dengan mengesampingkan prasangka tentang gejala tersebut.

Prosedurnya yang terkenal ialah Epoche (pengurungan), yakni sebuah proses di mana peneliti mesti mengesampingkan seluruh empiris sebelumnya untuk mengetahui semaksimal barangkali pengalaman dari semua partisipan.

Analisisnya berpijak pada horizonalisasi, di mana peneliti berjuang meneliti data dengan menyoroti pernyataan urgen dari partisipan untuk meluangkan pemahaman dasar tentang gejala tersebut.

3. Studi Grounded Theory
Studi grounded theory menekankan upaya peneliti dalam mengerjakan analisis abstrak terhadap sebuah fenomena, dengan asa bahwa analisis ini dapat membuat teori tertentu yang bisa menjelaskan gejala tersebut secara spesifik.

Grounded theory dapat dilakukan dengan berpijak pada pendekatan formalitas sistematis yang memanfaatkan kausalitas, konsekuensi, coding selektif, dan sebagainya dari gejala yang dianalisis atau formalitas konstruktivis yang memanfaatkan pendataan data dengan teknik memoingterhadap pandangan, keyakinan, nilai, atau idelogi daripara partisipan.

Prosedur grounded theory lazimnya berpijak pada coding tersingkap atas kelompok data, selanjutnya coding aksial di mana data dibentuk dalam sebuah diagram logika, dan terakhir mengidentifikasi konsekuensi dari proses coding tersebut, supaya bisa sepenuhnya mengembangkan sebuah model teoritis tertentu.

4. Studi Etnografis
Studi etnografis berjuang meneliti suatu kumpulan kebudayaan tertentu menurut pada pemantauan dan kehadiran peneliti di lapangan dalam masa-masa yang lama. pada umumnya, terdapat dua tipe etnografi yakni etnografi realis dimana peneliti berperan sebagai pengamat objektif, merekam kenyataan dengan sikap yang tidak memihak dan etnografi kritis dimana studinya ditunjukkan untuk menganalisis sistem kultural dari kekuasaan, hak istimewa, dan otoritas dalam masyarakat untuk mendengungkan aspirasi kaum marjinal dari sekian banyak kelas, ras dan gender.

Prosedurnya tidak jarang kali berdasar pada pendekatan holistikuntuk memotret kumpulan kebudayaan tertentu yang analisisnya memanfaatkan data emik (pandangan partisipan) dan data etis (pandangan peneliti) untuk destinasi praktis dan/atau advokatoris demi kepentingan kumpulan kebudayaan tersebut sendiri.

5. Studi Kasus
Studi permasalahan adalahsalah satu jenis pendekatan kualitatif yang mendalami sebuah kasus tertentu dalam konteks atausetting kehidupan nyata kontemporer. Peneliti studi permasalahan dapat memilih tipe penelitiannya menurut tujuan, yaitu studi permasalahan instrumental tunggal yang berfokus pada satu isu atau permasalahan tertentu, studi permasalahan kolektif yang memanfaatkan berbagai kasus guna mengilustrasikan sebuah persoalan urgen dari sekian banyak perspektif, studi permasalahan intrinsik yang fokusnya ialah pada kasus tersebut sendiri, karena dirasakan unik atau tidak biasa.

Prosedur utamanya memakai sampling purposeful (untuk memilih permasalahan yang dirasakan penting), yang lantas dilanjutkan dengan analisis holistik atas permasalahan tersebut melalui pemaparan detail atas pola-pola, konteks dan setting di mana kasus tersebut terjadi.

Demikianlah penjelasan tentang Penelitian Kualitatif dari RuangPengetahuan.Co.Id semoga bermanfaat dan menambah wawasan kalian, sampai jumpa…