Blog

LANDASAN TEORI HASIL BELAJAR

Landasan Teori Hasil Belajar adalah sebagai berikut:

Proses belajar akan menghasilkan output yang dinamakan hasil belajar. Hasil belajar merupakan puncak dari rangkaian proses belajar yang kemudian dievaluasi oleh guru. Hasil evaluasi tersebut kemudian menjadi gambaran berhasil atau tidaknya proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru terhadap siswanya.

Hasil belajar siswa pada hakekatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencangkup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Penilaian dan pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendekatan dan pengajaran (Nana Sudjana, 2005: 3).

Hasil belajar siswa menurut Benjamin S. Bloom pada umumnya adalah menyangkut perubahan tiga ranah yakni ranah kognitif, afektif, dan ranah psikomotorik (Nana Sudjana, 2005: 22). Menurut Abdurrahman (Asep Jihad dan Abdul Haris, 2008: 14) hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Siswa dikatakan berhasil dalam belajar ketika siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

baca juga: Evaluasi Pembelajaran

Menurut peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 pasal 64, penilaian hasil belajar oleh pendidik dibagi menjadi lima jenis kelompok mata pelajaran, yaitu:

1. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
2. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
3. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika.
5. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.

Mata pelajaran ekonomi yang merupakan objek yang diteliti termasuk kedalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tahapan puncak pencapaian tujuan pembelajaran yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar ekonomi yang diteliti dalam penelitian ini berupa aspek kognitif saja, karena aspek kognitif akan dapat diketahui seberapa besar kemampuan siswa dalam menguasai isi mata pelajaran.

* Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar menjadi penentu berhasil atau tidaknya proses pembelajaran secara maksimal. Hasil belajar kadang tidak sesuai dengan apa yang menjadi tujuan pembelajaran itu sendiri. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa.

Menurut Dr. Ahmad Susanto, M.Pd (2012: 14) ada tiga faktor penting dari anak yang mempengaruhi keberhasilan siswa belajar, faktor itu adalah kecerdasan anak, kesiapan anak, dan bakat anak.

Baca Juga: Aktivitas Pembelajaran

Menurut muhibbin Syah (2012: 145) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu: (1) faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa meliputi aspek fisiologis seperti keadaan mata dan telinga dan aspek psikologis seperti intelegensi, (2) faktor eksternal (faktor dari luar siswa) meliputi lingkungan sosial (guru, teman-teman, dan sebagainya), (3) faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran meteri-materi pelajaran.

Faktor pendekatan belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga semakin mendalam cara belajar siswa maka semakin baik hasilnya. Landasan Teori Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyanti dan Mudjiono, 2009: 3).

Hasil belajar dapat dikatakan tuntas apabila telah memenuhi kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan oleh pengajar mata pelajaran. Pada dasarnya untuk mengukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran sangatlah sulit, karena nilai yang muncul dari hasil ulangan atau tes masih belum bisa dipastikan apakah hasil yang didapat siswa adalah hasil yang sebenarnya.

Menurut Evelin Siregar dan Hartini Nara (2010: 145) penilaian hasil belajar sebagai salah satu komponen dari penilaian, akan lebih efektif bila mengikuti peraturan berikut:

1. Jelas merinci apa yang akan dinilai yang menjadi prioritas dalam proses penilaian.
2. Suatu prosedur penilaian haruslah diseleksi karena berkaitan dengan karakteristik unjuk kerja yang diukur.
3. Penilaian yang komprehensif membutuhkan beraneka prosedur.
4. Penilaian membutuhkan pengetahuan mengenai keterbatasannya.
5. Penilaian merupakan suatu cara untuk mendapatkan apa yang akan diinginkan.

Menurut Furqon Hidayatullah (2009: 79), pembelajaran dapat dikatakan berkualitas jika memiliki beberapa indikator, yaitu:

1. Pembelajaran yang menantang atau pembelajaran yang memberikan tantangan kepada peserta didik untuk melakukan dan menyelesaikan, akan membuat anda muncul rasa ingin mencoba, ingin melakukan, ingin menyelesaikan tugas guru atau ingin memecahkan masalah.
2. Pembelajaran yang menyenangkan yang akan mendorong peserta didik untuk belajar dan menyebabkan peserta didik tertarik terhadap pembelajaran tersebut.
3. Pembelajaran yang mendorong eksplorasi dan mengembangkan sendiri pelajaran yang telah disajikan guru sebagai tindak lanjutnya karena adanya pembelajaran yang menantang dan menyenangkan.
4. Memberi pengalaman sukses yaitu adanya perasaan yang menyenangkan dan membanggakan bagi peserta didik sebagai akibat berrhasil memecahkan sesuatu.
5. Mengembangkan kecakapan berfikir yang dapat dilihat pada kreatifitas peserta didik.

Indikator inilah yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kualitas pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa. Kualitas pembelajaran ini nantinya akan mempengaruhi keberhasilan belajar yang didapatkan oleh siswa. Semakin berkualitas suatu pembelajaran maka akan semakin besar pula keberhasilan siswa dalam menerima pembelajaran dari guru. Landasan Teori Hasil Belajar

Menurut Djamarah ( 2006: 107), terdapat taraf atau tingkatan dalam mengukur keberhasilan sebagai berikut :

1. Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh siswa.
2. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar bahan pelajaran dapat dikuasai 76%-99%.
3. Baik/ minimal, apabila bahan pelajaran hanya dikuasai 60%-75%.
4. Kurang, apabila bahan pelajaran yang dikuasai kurang dari 60%.

Berdasarkan uraian beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui seberapa jauh tingakat pengalaman belajar siswa, dilakukan pengukuran tingkat pencapaian siswa. Dari hasil pengukuran ini guru memperoleh data informasi hasil proses belajar siswa kemudian memberikan evaluasi atas keberhasilan pengajaran guna perbaikan proses pembelajaran selanjutnya.

Referensi:

Abdurrahman dan Bintoro. (2000). Memahami dan Menangani Siswa Dengan Problema Belajar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Agus Suprijono. (2009). Cooperative Learning dan Aplikasi Paikem.Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Asep Jihan dan Abdul haris. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta : Multi Press.

Baharuddin. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Dimyanti dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Ahmad Susanto, M.Pd. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia Group.

Evelin Siregar dan Hartini Nara. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Furqon Hidayatullah. (2009). Pengembangan Profesional Guru (PPG). Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta.

Kokom Komalasari. (2013). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Martinis Yamin. (2007). Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Putra Grafika.

Muhibbin Syah. (2012). Psikologi Belajar. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada.

Nana Sudjana. (2004). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Nana Sudjana. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Pt Remaja Rosdakarya.

Ngalim Purwanto. (2014). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT remaja Rosdikarya

Oemar Hamalik. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sardiman. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali pers.

Saur Tampubolon. (2013). Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sistem Pengembangan Profesi Pendidik Dan Keilmuan. Jakarta: Erlangga.

Slavin Robert E. (2005). Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik (Terjemahan). Bandung: Penerbit Nusa Media.

Sutrisno Hadi. (2004). Metodologi Reseach Jilid 3. Yogyakarta : Andi

Syaiful Bahri Djamarah. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Renika Cipta.

Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, & Sri Harmianto. (2012). Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta

Wina Sanjaya. (2013). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.