Blog

Konflik Peran Ganda Pengertian Dan Aspekaspeknya Menurut Para Ahli

Konflik Peran Ganda: Pengertian dan Aspek-aspek Peran Ganda Menurut Para Ahli – Aktivitas manusia selalu banyak dibenturkan berbagai hambatan. Kadang hambatan tersebut dapat menjadi titik balik individu tersebut bangkit atau bahkan sebaliknya. Salah satu hambatan itu ialah konflik peran ganda yang mana tidak seseuainya harapan atau tekanan yang semakin banyak karena memiliki lebih dari satu peran. Contohnya seorang ayah atau ibu yang bekerja sekaligus menjaga anak, atau dobel job. Sehingga hal ini cukup menarik bagi universitaspsikologi.com untuk dibahas, silahkan disimak artikel di bawah ini. Konflik Peran Ganda > Baca juga: Teori Pembelian Impulsif atau Impulsive Buying Pengertian Konflik Peran Ganda Konflik peran menurut Khan, Cooper & Dewe (dalam Wulandari, 2012) adalah adanya ketidakcocokan antara harapan-harapan yang berkaitan dengan suatu peran dimana dalam kondisi yang cukup ekstrim, kehadiran dua atau lebih harapan peran atau tekanan akan sangat bertolak belakang sehingga peran yang lain tidak dapat dijalankan. Menurut et al (dalam Wulandari, 2012) konflik peran ganda merupakan konflik peran yang muncul antara harapan dari dua peran yang berbeda yang dimiliki oleh seseorang. Di pekerjaan, seorang wanita yang profesional diharapkan untuk agresif, kompetitif, dan dapat menjalankan komitmennya pada pekerjaan. Di rumah, wanita sering kali diharapkan untuk merawat anak, menyayangi dan menjaga suaminya. Menurut Greenhaus dan Beutell (dalam Laksmi dan Hadi, 2012), konflik peran ganda didefinisikan sebagai suatu bentuk konflik peran dalam diri seseorang yang muncul karena adanya tekanan peran dari pekerjaan yang bertentangan dengan tekanan peran dari keluarga. Konflik peran ganda bisa terjadi akibat lamanya jam kerja dari individu, sehingga waktu bersama keluarga menjadi berkurang. Individu harus menjalankan dua peran pada saat yang bersamaan, yakni dalam pekerjaan dan dalam keluarga, sehingga faktor emosi dalam satu wilayah mengganggu wilayah lainnya (Greenhaus dan Bautell dalam Laksmi dan Hadi, 2012). Menurut Higgins, Duxbury dan Irving (dalam Susanti dan Ekayanti, 2013) wanita yang bekerja akan menghadapi konflik yang berkaitan dengan rumah tangga, anak-anak, dan tanggungjawab pada orang tua. Konflik peran ganda terjadi karena ketidaksesuaian antara hal yang ada dengan yang diharapkan. Konflik ini muncul sebagai akibat dari pekerjaan menggangu keluarga dan keluarga mengganggu pekerjaan (Frone et al dalam Dhamayanti, 2006). Menurut Kopelman (dalam Apollo & Cahyadi, 2012) konflik peran ganda dikembangkan dari teori interrole conflict, yaitu adanya konflik antara pekerjaan dengan keluarga. Susanti dan Ekayanti (2006) menambahkan bahwa konflik peran ganda merupakan konflik yang terjadi karena tekanan peran dari domain pekerjaan dan keluarga tidak dapat terpenuhi secara seimbang. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konflik peran ganda adalah situasi ketegangan atau kesulitan yang dirasakan individu saat beberapa peran yang dimainkan memiliki tuntutan yang saling bertentangan dan muncul secara bersamaan dalam hal cara pemenuhannya. Aspek Konflik Peran Ganda Greenhaus dan Beutell (dalam Susanti dan Ekayanti, 2013) mengidentifikasi tiga aspek konflik peran ganda, yaitu: a. Time-Based Conflict Mengacu pada kesulitan dalam pembagian waktu, energi dan kesempatan antara peran pekerjaan dan rumah tangga. Time based conflict terjadi dalam dua bentuk yaitu : 1) Tuntutan waktu dari satu peran menyebabkan tuntutan dari peran lain tidak mungkin terpenuhi (secara fisik). 2) Individu sangat menikmati satu peran dibanding peran yang lain (secara mental). Waktu yang dihabiskan untuk melaksanakan satu peran akan menyisakan sedikit waktu untuk menjalankan peran yang lain. b. Strain Based Conflict Mengacu pada ketegangan atau keadaan emosional (misalnya kelelahan, kecemasan, depresi, mudah marah) yang dihasilkan oleh satu peran menyulitkan pemenuhan tuntutan peran yang lain atau menghambat performansi peran lain tersebut. c. Behavior Based Conflict Mengacu pada pola perilaku spesifik dari satu peran yang tidak sesuai dengan harapan perilaku peran yang lain. Ketidaksesuaian seperangkat perilaku individu ketika di tempat kerja dan ketika di rumah menyebabkan individu sulit menukar antara peran yang satu dengan yang lain. Aspek-aspek konflik peran ganda menurut Kopelman (dalam Apollo & Cahyadi, 2012) yaitu: a. Pengasuhan anak b. Bantuan pekerjaan rumah tangga c. Komunikasi dan interaksi antara anak dan suami d. Waktu untuk keluarga e. Menemukan prioritas f. Tekanan karir dan tekanan keluarga g. Pandangan suami terhadap peran ganda wanita Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek konflik peran ganda terdiri dari time based conflict, strain based conflict, behavior based conflict. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konflik Peran Ganda Stoner et al (dalam Ruslina, 2014) menguraikan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya konflik peran ganda dalam diri individu, antara lain: a. Time Pressure (Tekanan Waktu) Semakin banyak waktu yang digunakan wanita karir untuk bekerja maka semakin sedikit waktu untuk keluarga. b. Family size and support (Dukungan dan Ukuran Keluarga) Semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak konflik dan semakin banyak dukungan keluarga maka semakin sedikit konflik. c. Work satisfaction (Kepuasan Kerja) Semakin tinggi kepuasan kerja maka konflik yang dirasakan semakin sedikit. d. Marital and life satisfaction (Kepuasan Hidup dan Pernikahan) Ada asumsi bahwa wanita bekerja memiliki konsekuensi yang negatif terhadap pernikahannya. e. Size of firm (Ukuran Perusahaan) Banyaknya pekerja dalam perusahaan mungkin saja mempengaruhi konflik peran ganda seseorang. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konflik peran ganda yaitu time pressure, family size and support, work satisfaction, marital and life satisfaction, dan size of firm. * Apollo & Cahyadi. 2012. Konflik Peran Ganda Perempuan Menikah yang Bekerja Ditinjau dari Dukungan Sosial Keluarga dan Penyesuaian Diri. Jurnal Studi Psikologi No. 2, Tahun XXVI, ISSN . * Rani Tunbaity Gultom. 2015. Hubungan antara Kepuasaan Hidup dengan Konflik Peran Ganda pada Pegawai Negeri Sipil Wanita di Kementrian Agama. Skripsi. Universitas Putra Indonesia: Padang * Laksmi dan Hadi. 2012. Hubungan antara Konflik Peran Ganda (Work Family Conflict) dengan Kepuasaan Kerja pada karyawati bagian Produksi PT. X. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi Vol. 1, No. 2. * Ruslina. 2014. Hubungan antara Konflik Peran Ganda dengan Stres Kerja pada Wanita Bekerja. Skripsi. Universitas Muhammadiyah: Surakarta. * Sihombing, H. M. L. 2011. Hubungan antara Konflik Peran Ganda dengan Life Satisfaction pada Wanita Bekerja. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Universitas Sumatera Utara. * Sri Susanti dan Ekayanti. 2013. Peran Pekerjaan, Peran Keluarga dan Konflik Pekerjaan pada perawat Wanita. Jurnal Psikologi Indonesia Vol. 2, No. 2, Hal. . * Wulandari. 2012. Hubungan Konflik Peran Ganda dengan Stres Kerja Karyawan Wanita. Skripsi. Universitas Indonesia: Depok. Universitas Psikologi Media belajar ilmu psikologi terlengkap yang berisi kumpulan artikel dan tips psikologi terbaru hanya di universitaspsikologi.com | Mari kita belajar psikologi dengan cara yang menyenangkan.