Blog

Fungsifungsi Manajemen KAJIAN TERDAHULU YANG RELEVAN

F. KAJIAN TERDAHULU YANG RELEVAN4. Fungsi-fungsi Manajemen Di dalam buku bertajuk “manajemen” Mamduh M, Hanafi menulis setidaknya ada empat fungsi manajemen; Sukarna, Dasar-dasar Manajemen, Bandung : PT. Mandar Maju, 1992.

26 George R, Terry, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta : Bumi Aksara, 2000.

27 Sulistyorini, Manejemen Pendidikan Islam (konsep, strategi dan aplikasi), Yogyakarta : TERAS, Juni 2009, hal. 7.

28 Mamduh M, Hanafi, Manejemen, Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 1997, hal. 8-9. . Perencanaan,

2. Pengorganisasian, 3. Pengarahan dan, 4. Pengendalian.

Gambar 2

Fungsi-fungsi manajemen

Dalam beberapa literature, terdapat perbedaan selain dalam langkah-langkah tersebut terdapat pula perbedaan dalam menamakannya sebagai proses manajemen. Akan tetapi hal ini diperjelas oleh Nanang Fattah yang mengatakan bahwa dalam proses majemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer/pimpinan, yaitu: perencanaan (Planning), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling).

Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujun organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004.

Perencaan Pengorganisasian

Pengarahan Pengendalian The Liang Gie menamakan langkah-langkah tersebut sebagai fungsi-fungsi manajemen yang meliputi: perencanaan (planning), pengkoordinasian (coordinating), pengontrolan (controlling) dan penyempurnaan (improving).30

Terlepas dari banyaknya pendapat mengenai pembagian fungsi manajemen seperti di atas, pada penelitian ini penulis menggunakan empat fungsi yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengendalian/pengawasan.

a) Perencaan (planning)

Dalam sebuah organisasi atau lembaga apapun bentuk dan namanya, sebelum melangkah untuk mencapai tujuan, maka terlebih dahulu adanya perencaan. Perencaan dalam sebuah lembaga adalah sangat esensial, karena dalam kenyataannya perencaanmemegangn peranan pengting dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain.

Sebagaimana dikutip Harjanto, Menurut Kaufman perencanaan adalah suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan bernilai, di dalamnya mencakup elemen-elemen:31

a. Mengindentifikasikan dan mendokumentasikan kebutuhan.

b. Menentukan kebutuhan-kebutuhan yang perlu diprioritaskan.

c. Spesifikasi rinci hasil yang dicapai dari tiap kebutuhan yang diprioritaskan.

d. Identifikasi persyaratan untuk mencapai tiap-tiap pilihan.

30 The Liang Gie, Administrasi Perkantoran Modern, Yogyakarta : Nurcahyo, 1983, hal.

61.

31 Harjanto, Perencanaa Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipata, Cetakan kelima 2006, hal. 2.

lihat juga Roger A. Kaufman, Educationanl System Planning, New Jersey Prentice Hall: 1972 hal.

6-8. e. Sekuensi hasil yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan.

f. Identifikasi strategi alternatif yang mungkin dan alat atau tools untuk melengkapi tiap persyaratan dalam mencapai tiap kebutuhan, termasuk di dalamnya merinci keuntungan dan kerugian tiap strategi dan alat yang dipakai.

Perencaan berarti kegiatan menetapkan tujuan organisasi dan memilih cara yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari perencaan yang berarti menentuakan atau memilih alternatif pencapain tujuan dari beberapa alternatif yang ada.

Pemilihan dari sejumlah alternatif tentang penetapan prosedur pencapaian, serta perkiraan sumber yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan tersebut.32 Yang dimaksud dengan sumber meliputi sumber manusia, material, uang, dan waktu. Dalam perencaan, kita mengenal beberapa tahap, yaitu: (1) identifikasi masalah, (2) perumusan masalah, (3) penetapan tujuan, (4) identifikasi alternatif, (5) pemilihan alternatif, dan (6) kolaborasi alternatif. 33 Perencaan pendidikan dapat dibedakan dalam beberapa katergori menurut: (1) jangakauan waktunya, (2) besarmua. (3) pendekatan, serta (4) pelakunya.

Menurut jangkauan waktunya, perencaan dalam lembaga pendidikan dapat dibagi menjadi: perencanaan jangka pendek yakni perencaan tahunan atau perencaan yang dibuat untuk dilaksanakan dalam waktu kurang dari 5 tahun, sering disebut sebagai rencana operasional. Perencaan jangka

32 B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, hal.

22.

33 B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, hal.

22. menengah yaitu perencaan yang dibuat untuk jangka waktu pelaksaan 5-10 tahun. Perencaan ini penjabaran dari rencana jangka panjang, tetapi sudah lebih bersifat operasional. Dan terakir perencanaan jangka panjang yaitu perencanaan yang dibuat untuk jangka waktu tahun. Pembagian waktu ini bersifat kira-kira, dan tiap ahli dapat saja memberikan batas yang berlainan. Jadi pemenggalan waktu ini hanya merupakan ancar-ancar.

Menurut pelakuanya perencanaan dapat dibedakan atas perencanaan individual, yang dilakukan guru secara sendiri-sendiri, perencanaan kelompok, dan perencaan lembaga yaitu perencaan yang berlaku dan dibuat oleh pesantren.34

b) Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas-tugas kepada orang yang terlibat dalam kerja sama pendidikan. Karena tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugas-tugas-tugas ini dibagi untuk dikerjakan masing-masing anggota organisasi.35

Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum;

pertama, organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya sebuah sekolah, pesantren, sebuah perkumpulan, badan-badan pemerintah. Kedua merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan diantara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif.

Jadi pengorganisasian di pesantren dapat didefinisikan sebagai keluruhan proses untuk memilih dan memilah

34 B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, hal.

23.

35 B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, hal.

16. orang (ustadz dan personil pesantren lainnya) serta mengalokasikan sarana dan prasarana untuk menunjang tugas orang-orang dalam rangka mencapai tujuan pesantren secara efektif dan efisien.

c) Fungsi Pengkoordinasian

Kata organisasi berasal dari bahasa Inggris organization yang bentuk invitifnya adalah to organize. Kata tersebut berasal dari kata Yunani Organen yang berarti sebagian atau susunan.36

Pengkoordinasian mengandung makna menjaga agar tugas-tugas yang telah dibagi itu tidak dikerjakan menurut kehendak yang mengerjakan saja, tetapi menurut aturan sehingga menyumbang terhadap pencapaian tujuan.

Sementara Arif Santoso mendefinisikan koordinasi adalah pertama: penyesuaian dan pengaturan yang baik, kedua: kelompok kata atau paduan kalimat setara (anggotanya sama tingkat kedudukannya).37

Dari pengertian ini dapat ditegaskan bahwa pengkoordinasian dalam satuan pendidikan adalah mempersatukan rangkaian aktivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran orang-orang dan pekerjaannya sehingga semuanya berlangsung secara tertib kearah tercapainya maksud yang telah ditetapkan. Koordinasi harus dapat meningkatkan kerjasama antar pejabat dan naggota organisasi semaksimal mungkin pada tataran kantor di depertemen pendidikan, pada tataran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, kemudian koordinasi pada tingkat satuan

36 Hikmat, Manajemen Pendidikan, Bandung: Pustaka Setika, 2011, hal 177, dikutip dari buku Mandalena Lumbantoruan, Eksiklopedi Ekonomi Bisnis dan Management, Jakarta: Cipta Adi, 1992, hal. 374.

37 Arif Santoso, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Tanpa Tempat Penerbit; Mahkota Kita, Edisi Terbaru, Tanpa Tahun Penerbit, hal. 346. pendidikan. Koordinasi pada tiap tataran ini adalah meningkatkan kerja sama antara Menteri, Direktur Jenderal, Gubernur, Bupati/Walikota dalam memberikan pelayanan pada satuan pendidikan, serta kepala sekolah, guru, konselor, supervisor, dan petugas sekolah lainnya dalam kegiatan sekolah dan pelajaran sebagai kegiatan inti satuan pendidikan.

d) Pengendalian/Pengawasan (Controlling)

Pengendalian (pengawasan) atau controlling adalah bagian terakhir dari fungsi manajemen. Fungsi manajemen yang dikendalikan adalah perencaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian itu sendiri. Kasus-kasus yang banyak terjadi dalam organisasi adalah akibat masih lemahnya pengendalian sehingga terjadi berbagai penyimpangan antara yang direncanakan dengan yang dilaksanakan.

Pengendalian ialah proses pemantauan, penilaian dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektfir guna penyempurnaan lebih lanjut. Beda pengendalian dengan pengawasan adalah pada wewenang dari pengembangan kedua istilah tersebut.

Pengendalian memiliki wewenang turun tangan yang tidak dimiliki pengawas. Pengawas hanya sebatas memeberi saran, sedangkan tindak lanjutnya dilakukan oleh pengendali. Jadi, pengendalian lebih luas dari pada pengawasan. Dalam penerapannya di pemerintahan, kedua istilah itu seringtumpang-tindih (overlapping). Pengawasan sebagai tugas disebut supervisi pendidikan yang dilakukan oleh pengawas sekolah ke sekolah-sekolah yang menjadi tugasnya. Kepala sekolah juga berperan sebagai supervisor di sekolah yang dipimpinnya. Di lingkungan pemenrintahan, lebih banyak dipakai istilah pengawasan dan pengendalian (wasdal).38

Pada dasarnya rencana dan pelaksanaan merupakan satu kesatuan tindakan, walaupun hal ini jarang terjadi.

Pengawasan diperlukan untuk melihat sejauh mana hasil tercapai.